Apalagi, acara diakhiri dengan ramah tamah dan saling bermaaf-maafan, sambil mengucapkan selamat memasuki bulan suci. Jika tidak ikut makan basamo, tentu akan butuh waktu buat bermaaf-maafan sesama warga Jorong Padang Tangah.
Perut sudah kenyang, tentu sudah saatnya pulang ke rumah. Bapak-bapak membawa peralatan yang tadi dipakai buat gotong royong seperti cangkul dan parang.
Sedangkan ibu-ibu akan mengambil nampan dan membersihkan sisa makanan. Panitia melipat tikar untuk dibawa lagi ke musala atau ke rumah warga yang meminjamkan tikarnya.
Begitulah sekelumit kisah saya di masa remaja, yang tidak saya temui setelah menjadi warga DKI Jakarta.Â
Ilustrasi makan basamo di Sumbar (dok. tribratanews.sumbar.polri.go.id)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!