Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Duka NTT, Duka Kita Semua, Ayo Galang Bantuan!

6 April 2021   14:16 Diperbarui: 6 April 2021   14:21 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir di Flores Timur, NTT (foto Antara, dimuat kbr.id)

Bencana demi bencana masih saja terjadi silih berganti menghantam negara kita tercinta ini. Di tengah "badai" besar yang belum terlihat tanda-tanda akan berakhir, yakni badai pandemi Covid-19, secara beruntun bencana alam menimpa sejumlah daerah.

Masih segar dalam ingatan kita banjir yang melanda Kalimantan Selatan dan juga berbagai daerah lain di tanah air, sekarang giliran sebagian saudara-saudara kita di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berduka.

NTT yang identik dengan kekeringan, justru terkena badai siklon tropis, sehingga berakibat banjir bandang dan longsor yang sampai merenggut puluhan korban jiwa. 

Hujan yang terjadi di Kupang menjadi rekor tertinggi dalam sejarah pencatatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) seperti diberitakan kompas.id (6/4/2021).

Data korban jiwa ini sampai tulisan ini ditulis masih belum pasti, karena ada juga berita daring yang menulis lebih dari 100 orang meninggal dunia.

Pada siaran berita dari salah satu stasiun televisi, Selasa pagi (6/4/2021), disebutkan sedikitnya terdapat 84 orang korban jiwa dari musibah yang dikaitkan dengan perubahan iklim secara ekstrem yang semakin sering terjadi. Selain itu, ada 71 orang yang masih dicari keberadaannya.

Badai siklon tropis yang diberi nama "Seroja" tersebut disertai hujan lebat, kilat atau petir, dan angin kencang, terjadi pada Minggu (4/4/2021) sekitar jam 23.00 WIB. Adapun NTT masuk dalam zona waktu WITA (Waktu Indonesia bagian Tengah), satu jam lebih cepat dari WIB.

Awalnya daerah yang disebut dilanda bencana berpusat di Flores bagian timur, termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya. Kemudian, dilaporkan juga banyak kawasan lain yang terkena, seperti Kupang dan Ende. Bahkan, bencana juga sampai di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pemerintah sudah bergerak cepat mengunjungi daerah bencana, termasuk  yang dilakukan Menteri Sosial, Tri Rismaharini, beserta jajarannya. Demikian juga pemerintah daerah setempat.

Namun demikian, bantuan secara swadaya masyarakat dalam skala nasional, sungguh sangat diharapkan. Makanya, pihak organisasi masyarakat, organisasi keagamaan, media massa, dan pihak lainnya perlu segera menggalang bantuan untuk diteruskan kepada warga terdampak bencana. 

Jiwa saling membantu kita bersama perlu digugah tanpa memandang sekat-sekat kesukuan atau agama. Bukankah duka NTT merupakan duka kita bersama? 

Secara geografis, NTT relatif jauh dari berbagai daerah lain di Indonesia. Jangankan dari Indonesia bagian barat, dari sesama Indonesia bagian timur pun, katakanlah dari Sulawesi atau Maluku, tetap jauh, karena langkanya penerbangan langsung ke Kupang. 

Penerbangan ke Kupang hanya lebih gampang dicapai melalui Jakarta, Surabaya, atau Denpasar. Itu pun dari Kupang ke berbagai lokasi bencana di Flores Timur, harus menempuh perjalanan laut.

Jadi, meskipun mengumpulkan bantuan relatif tidak sulit, mengingat bisa dilakukan melalui media sosial atau melalui transaksi online, untuk menyalurkan barang-barang yang diperlukan, masih perlu menyiasati kendala transportasi.

Sebagai contoh, masyarakat Minang, dalam beberapa tahun terakhir ini punya kebiasaan mengirimkan rendang dalam jumlah besar ke daerah bencana dengan menggunakan pesawat milik TNI-AU. Mudah-mudahan sekarang pun urang awak tergugah untuk melakukan hal yang sama.

Masih adanya pandemi seharusnya tidak jadi penghalang untuk saling membantu. Yang penting, baik para pengungsi, maupun pihak yang berkunjung memberikan bantuan, harus sama-sama mematuhi protokol kesehatan.

Jangan kita biarkan NTT berduka sendiri. Dalam waktu singkat diupayakan agar keindahan NTT kembali bersinar. Bagi mereka yang telah pernah ke NTT pasti sepakat, bahwa NTT pantas dikatakan sebagai surga tersembunyi, karena banyak kawasan yang belum terpromosikan secara baik. 

Namun, seiring dengan semakin polulernya Labuan Bajo dan juga Pulau Sumba, perhatian para penyuka traveling mulai mengarah ke surga tersembunyi tersebut.

Dulu, para pekerja atau pegawai negeri, bila dipindahkan ke NTT sering memelesetkan NTT sebagai Nasib Tidak Tentu.  Nah, terkait dengan bencana di atas, jangan biarkan warga terdampak tidak menentu nasibnya. 

Dengan kebersamaan, mari kita ubah slogan NTT menjadi Nikmat Tiada Tara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun