Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Bos Jangan Pelit Ajak Anak Buah Buka Bersama

21 April 2021   18:00 Diperbarui: 23 April 2021   19:14 3817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buka puasa bersama rekan kerja. Sumber: Freepik.com/odua

Kedua, saat ulang tahun. Jangan kira anak buah tidak tahu kapan si bos ulang tahun. Biasanya ada seorang anak buah yang jeli dan mencatat ulang tahun si bos tersebut, atau dibocorkan sendiri oleh sekretaris si bos.

Ketiga, sehabis cuti keluarga pulang kampung atau berwisata. Ini saatnya membagikan oleh-oleh dari daerah yang dikunjungi. Kalau bisa ditambah lagi dengan mentraktir makan-makan, tentu lebih baik.

Keempat, sehabis melakukan perjalanan dinas ke luar negeri. Oleh-oleh dari luar negeri harusnya lebih berkelas ketimbang oleh-oleh dari dalam negeri. Jangan sekadar gantungan kunci atau sejenis itu. Oleh-oleh juga harus diberikan ke semua anak buah.

Kelima, setelah menerima penghargaan, misalnya seorang bos mendapatkan penghargaan masa kerja 25 tahun atau penghargaan pejabat berprestasi. 

Keenam, saat bulan puasa, memilih salah satu hari untuk acara buka bersama. Dalam masa pembatasan sosial sekarang, tentu acara buka bersama harus mematuhi protokol kesehatan. Atau, bisa juga dengan membagikan makanan dalam kotak untuk dibawa pulang.

Ketujuh, saat tutup tahun atau hari kerja terakhir di suatu tahun. Ini juga momen yang pas buat mentraktir anak buah, bila misalnya anak buah yang cuti tidak banyak.

Kedelapan, saat selesainya suatu proyek yang melibatkan anak buah atau saat tercapainya target kerja yang menantang. Hitung-hitung anggap saja sebagai acara syukuran atau selamatan.

Demikian banyak momen yang bisa dimanfaatkan oleh bos untuk memupuk kebersamaan, meskipun sedikit berkorban mengeluarkan uang untuk membayar makanan.

Masalahnya, seperti yang disinggung di atas, bagi bos yang tergolong pelit, perasaannya kurang sensitif. Mungkin saja ia sadar kalau disindir anak buah, tapi ia terlalu berhitung, sehingga tak kunjung terpancing untuk mentraktir.

Kebalikan dari bos pelit, bos yang royal, pasti disenangi anak buah. Bos royal ini lebih boros ketimbang kisah Bu Yuni di awal tulisan ini. Boros dalam arti frekuensi mentraktirnya lebih sering dan jenis makanannya pun lebih mahal.

Maka, tak ada salahnya bos royal ini berhitung ulang. Bila si bos terlalu sering mentraktir anak buah, logikanya unsur kejutannya hilang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun