Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Ketika Pilot Dapat Tepuk Tangan Panjang dari Semua Penumpang

20 Januari 2021   09:00 Diperbarui: 20 Januari 2021   09:14 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. shutterstock, melalui suara.com

Rasanya masih segar dalam ingatan saya, pengalaman naik pesawat yang menegangkan di tahun 2002. Ketika itu saya melakukan perjalanan dalam rangka dinas dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, ke Bandara Polonia, Medan, dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia.

Penerbangan itu sebetulnya berjalan lancar hingga akhirnya ketika mau mendarat sekitar jam 8 malam, terjadilah hal yang menegangkan bagi semua penumpang. Dugaan saya, dari ekspresinya, terlihat dua orang pramugari yang juga cemas. 

Seperti apa perasaan pilot, tentu tidak dapat saya lihat, karena ia bertugas di ruang yang tertutup. Namun, dari suaranya yang tiga kali menyampaikan pengumuman, kesannya sang pilot mampu menguasai keadaan dengan emosi yang terkendali.

Begitu pesawat mulai menurunkan ketinggiannya dalam rangka persiapan mendarat, terlihat bahwa di sekitar bandara lagi diguyur hujan deras. Namun, entah kesulitan apa yang terjadi, pilot seperti berputar-putar saja di sekitar bandara tanpa tanda-tanda akan mendarat.

Tiba-tiba malah pesawat naik lagi dan menjauh dari bandara, diikuti oleh terdengarnya suara pilot yang menyampaikan bahwa sebetulnya pesawat sudah siap untuk mendarat, tapi ada kendala yang membuat pendaratan gagal. Pilot juga menambahkan, bila nanti kondisinya membaik, maka pesawat akan dicoba lagi untuk mendarat.

Saya tidak memahami dunia penerbangan, tapi dugaan saya pilot tidak melihat kondisi di landasan saat hujan lebat dan tidak mau ambil risiko bila memaksakan mendarat. Bukankah sudah beberapa kali terjadi pesawat yang mendarat saat hujan lebat terseret hingga ke luar jalur yang seharusnya dan ada juga yang tergelincir.

Namun demikian, pilot tidak bermaksud memindahkan pendaratan ke kota lain, misalnya ke bandara di Pekanbaru. Alhasil pesawat kembali berputar-putar di sekitar kota Medan. Kemudian, datang lagi kesempatan mendarat. Saya komat kamit membaca doa dan berharap pendaratan akan mulus, meskipun merasa cemas karena terlihat masih hujan. 

Saya kira penumpang lain juga cemas, paling tidak ekspresi penumpang di sebelah saya tidak bisa menyembunyikan kecemasannya. Sayangnya, apa yang terjadi persis seperti percobaan yang pertama, yakni pesawat kembali naik dan diikuti oleh pengumuman pilot dengan kalimat yang persis sama dengan sebelumnya.

Maka, tentu saja ketika pesawat kembali naik dan berputar-putar, perasaan saya makin tegang. Demikian pula yang terlihat pada wajah penumpang lain. Lampu yang sengaja dipadamkan sebagai prosedur standar ketika mendarat membuat situasi makin mencekam.

Akhirnya datanglah kesempatan mendarat yang ketiga kalinya. Dari jendela pesawat terlihat hujan masih turun, sehingga doa saya pun semakin panjang. Kali ini Allah mengabulkan doa saya, dan juga doa para penumpang lainnya, pesawat berhasil mendarat dengan sempurna.

Begitu roda pesawat menyentuh landasan, saya mengucap syukur alhamdulillah. Tapi, saya agak kaget, secara serentak terdengar tepuk tangan panjang para penumpang dan saya pun ikut bertepuk tangan. Rupanya itu sebagai apresiasi bagi keberhasilan pilot. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun