"Baju gue bagus gak?", tanya seorang cewek kepada teman cowoknya. Jika sampai si cewek bertanya kepada cowok seperti itu, artinya si cowok tidak peka. Sebetulnya, yang diharapkan si cewek, tanpa dipancing, si cowok sudah memuji duluan. Misalnya dengan mengatakan: "Bajunya baru ya? Cakep banget".
Banyak yang bilang, entah betul entah tidak, bahwa pada umumnya cewek senang digombali. Tapi, gombal yang sangat kentara sebagai gombal, tetap konotasinya kurang bagus. Untuk gombal yang kebangetan itu, cewek akan gampang mendeteksi. Sehingga, cewek akan langsung waspada, takut si cowok punya niat tersembunyi.
Nah, berbeda dengan gombal, rasanya betul bila dikatakan pada dasarnya semua orang suka dipuji, tentu dengan takaran yang pas, jangan overdosis. Tak hanya cewek yang senang dipuji, cowok juga. Tak hanya anak-anak, orang tua pun demikian. Tak hanya anak buah, bos pun gembira mendapat pujian.
Soal puji memuji ini, jangan disalahtafsirkan hanya diperlukan saat pendekatan antara seorang cowok ke cewek yang ditaksirnya. Pasangan suami istri yang sudah berusia di atas 50 tahun pun, sekiranya tetap mempertahankan budaya saling memuji, akan berdampak positif terhadap keharmonisan rumah tangga mereka.
Hanya saja, tulisan ini lebih fokus pada pujian dalam konteks hubungan antar lawan jenis, baik sepasang kekasih, maupun yang masih tahap pedekate.Â
Patut dicamkan, memuji dan gombal itu beda tipis. Ketulusanlah yang menjadi pembedanya. Memuji dengan pamrih tertentu, misalnya seorang cewek memuji ketampanan cowok dengan niat agar ditraktir makan-makan di restoran, bukan cara yang baik. Tulus itu artinya tanpa pamrih.
Demikian pula bila cowok memuji sambil ketawa-ketawa, mungkin tujuannya melucu, ini belum tentu diterima dengan senang hati oleh si cewek. Gombal memang adakalanya identik dengan lucu-lucuan, tapi kalau momennya tidak pas, bisa jadi bumerang.
Hindari pula memuji seorang cewek sambil menatap secara "nakal" ke wajah si cewek atau ke bagian tubuh tertentu. Ini bisa ditafsirkan sebagai pelecehan seksual.
Namun, gesture yang pas memang diperlukan untuk mendukung sebuah pujian yang tulus. Bila memuji kecantikan wajahnya, seharusnya didukung oleh tatapan mata yang terpesona, meskipun cukup beberapa detik saja.
Bila memuji pakaiannya, arah mata pun harus ke pakaian tersebut. Pujian yang lebih spesifik akan lebih baik, misalnya dengan mengatakan apakah model bajunya, warnanya, motifnya, atau asesorisnya yang menarik perhatian.Â
Bahkan, karena ada sebagian kecil cewek yang tidak suka dipuji secara verbal, pujian dengan gerak tubuh dan bahasa isyarat saja, sudah memadai. Umpamanya dengan memberi tanda jempol. Tapi, sekali lagi, harus tulus.
