Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hari Kesehatan Nasional dan Upaya Memenangkan Pertempuran Melawan Covid-19

12 November 2020   04:58 Diperbarui: 12 November 2020   05:20 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: healthy marbella (dimuat islampos.com)

Hari ini, Kamis, 12 November 2020, mungkin tidak banyak yang menyadari, diperingati sebagai Hari Kesehatan Nasional. Sejarahnya berawal dari keberhasilan pemberantasan penyakit malaria pada 12 November 1964, yakni 5 tahun setelah Presiden Soekarno melakukan penyemprotan secara simbolis di Yogyakarta, 12 November 1959.

Secara umum, penyakit malaria memang sudah berhasil dibasmi. Tapi kalau kita menyoroti provinsi tertentu, khususnya Papua dan Papua Barat, malaria masih menjadi ancaman. Mereka yang dari berasal dari instansi atau perusahaan tertentu dan dipindahtugaskan ke ujung timur Indonesia itu, sebagian masih terkena malaria.

Selain malaria, penyakit demam berdarah juga sering menjadi ancaman, bahkan terjadi hampir merata di seluruh kawasan, terutama di kota-kota yang berada di dataran rendah. Namun, sekarang ini, perhatian terhadap demam berdarah mungkin sedikit berkurang, karena kita sedang menghadapi tantangan terbesar, yakni bagaimana memenangkan pertempuran melawan Covid-19. 

Tapi, harus diakui, sebelum adanya pandemi, secara umum perhatian masyarakat terhadap persoalan kesehatan relatif rendah. Jangankan persoalan kesehatan bagi masyarakat, bagi masing-masing individu saja, banyak yang abai dalam memelihara kesehatan.

Padahal, kehidupan kita ini demikian berharga, makanya memelihara kesehatan menjadi hal yang mutlak, harus menjadi bagian dari keseharian kita. Sayangnya, kebanyakan kita baru menyadari betapa pentingnya arti kesehatan ketika lagi terbaring sakit. 

Bayangkan, hanya gara-gara sakit gigi, dampaknya bisa ke seluruh tubuh. Secara fisik, sakit gigi bisa menjalar  menjadi sakit kepala, berikutnya menjadi kurang tidur, akhirnya seluruh tubuh jadi lemas. Secara mental pun terkena dampaknya karena bawaannya jadi ingin marah melulu.

Ambil contoh lain, berapa banyak di antara kita yang  menghargai setiap hembusan napas kita? Bisa bernapas secara baik saja, sebetulnya sudah tidak ternilai harganya. Bayangkan ketika kita lagi terganggu napasnya karena flu berat.  Sangat tersiksa, bukan? Tapi, begitu sembuh, kita abai lagi. Apalagi kalau sempat dirawat di rumah sakit, sangat tersiksa rasanya.

Begitu pula bila kita lagi melihat kerabat yang dirawat di rumah sakit. Kita langsung tersadar tentang harga dari kesehatan. Hanya, kembali lagi, begitu keluar rumah sakit, kesadaran tersebut langsung sirna seketika.

Kita pasti sepakat bahwa mencegah lebih baik dari mengobati. Jika sudah mengobati, terasa sekali kesehatan itu mahal biayanya.  Punya uang berapapun belum tentu bisa menyembuhkan penyakit yang parah. Kita mencari uang dan menghambur-hamburkannya demi kesenangan yang akhirnya berujung mengidap sakit tertentu. Lalu kita pun habis-habisan, kalau perlu berutang, untuk menyembuhkan penyakit yang diderita.

Belum lama ini, dalam rangka merayakan Maulid Nabi Muhammad, banyak kita dapati tulisan tentang tuntunan agama berkaitan dengan kesehatan. Kebersihan mendapat tempat tersendiri dalam agama, karena merupakan sebagian dari iman. 

Makanya, anjuran sering mencuci tangan, tanpa ada pandemi pun, harusnya sudah menjadi kebiasaan. Bahkan, mereka yang setiap saat dalam keadaan bersuci dengan memperbarui wudhu-nya, meskipun bukan waktunya untuk salat, akan lebih baik lagi.

Hari Kesehatan Nasional memang hanya satu hari dalam setahun. Tapi menerapkan pola hidup sehat, antara lain dengan makan makanan yang bergizi secara teratur (mengurangi makan gorengan dan santan, memperbanyak makan buah dan sayur), rutin berolahraga, cukup tidur, adalah masalah pembiasaan. Jika sudah otomatis melakukannya, tidak terasa berat sama sekali.

Bila masing-masing orang berdisiplin menjaga kesehatannya, maka keuntungannya tidak saja bagi individu tersebut, tapi secara bersama-sama akan menjadi modal yang luar biasa dalam membangun bangsa. Bukankah mereka yang sehat akan bersemangat bekerja, sehingga lebih produktif.

Nah, sekarang tentang pertempuran melawan Covid-19. Jika kita rajin menyimak berita dari Satgas terkait, laju penambahan pasien yang terkonfirmasi positif, masih saja banyak, di angka 3.000-an setiap hari di seluruh Indonesia.

Berita bagusnya, tingkat kesembuhannya lumayan bagus dibanding rata-rata dunia. Pada posisi Rabu (11 November 2020), tingkat kesembuhan secara nasional adalah 84,6 persen. Angka rata-rata dunia hanya 70,35 persen.

Ironisnya, tingkat kematiannya sebesar 3,3 persen, yang sebetulnya sudah lebih baik ketimbang bulan-bulan sebelumnya, namun lebih buruk dari angka rata-rata dunia yang sebesar 2,47 persen.

Bisa ditafsirkan, dari 100 orang yang masuk rumah sakit pada waktu yang berdekatan, 85 orang sembuh setelah melewati masa tertentu. Tapi, bagi 15 orang yang tidak sembuh, risiko akan menemui ajal, lebih besar. Mudah-mudahan nantinya tingkat kematian bisa diturunkan lagi.

Baik, meskipun tingkat kesembuhan lumayan bagus, jelas kita tetap berupaya menghindari, jangan sampai terpapar. Sesuai tema Hari Kesehatan Nasional 2020, yakni "Satukan Tekad Menuju Indonesia Sehat", maka bila masing-masing kita disiplin mematuhi protokol kesehatan, besar harapan tidak lama lagi pertarungan melawan Covid-19 bisa kita menangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun