Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada Baiknya PAN Terlepas dari Bayang-bayang Amien Rais

18 September 2020   00:01 Diperbarui: 18 September 2020   04:47 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dugaan para pengamat politik bahwa pendiri Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais, akan mendirikan partai baru, terjawab sudah. Melalui video yang diunggah di Youtube, Amien menyatakan niatnya untuk membentuk partai berasaskan Islam yang rahmatan lil alamin.

Terjemahan bebas dari asas tersebut adalah Islam yang menjadi rahmat bagi semua makhluk di semesta alam. Jadi, meskipun berasaskan Islam, namun bersifat inklusif, tidak melakukan diskriminasi atas dasar apapun. Semboyan kami adalah melawan kezaliman dan tegakkan keadilan, kata Amien (Kompas, 16/9/2020).

Tentang nama partai, ada kemungkinan memakai "PAN Reformasi", meskipun Amien sedang mempertimbangkan usulan lain. Adapun peluncuran partai baru tersebut direncanakan berlangsung pada Desember 2020 mendatang.

Sekiranya niat Amien mendirikan partai baru betul-betul terwujud, inilah kejadian yang langka dalam perpolitikan Indonesia, di mana seorang politisi ulung "terlempar" dari partai yang didirikannya, dan kemudian terpaksa membuat partai baru untuk menyalurkan syahwat politiknya.

Mungkin dengan nasib Wiranto ada miripnya, karena pada kepengurusan Partai Hanura (Wiranto adalah pendirinya), namanya sudah tidak masuk dalam struktur kepengurusan yang diketuai oleh Oesman Sapta Odang (OSO). Bedanya dengan Amien Rais, Wiranto sekalipun kecewa dengan OSO, tapi tidak sampai membuat partai baru.

Secara matematis, sebetulnya peluang partai baru bentukan Amien, sebut saja untuk sementara sebagai PAN Reformasi, tidak akan banyak berpengaruh, bila hanya sekadar membelah perolehan suara PAN yang sekarang. Pada pemilu 2019 lalu, PAN hanya mendulang 9,6 juta suara atau sebesar 6,48 persen. Bayangkan, kalau Amien berhasil membelokkan setengah dari suara PAN, itu hanya berada pada kisaran 3 persen. 

Itupun sebetulnya asumsi yang terlalu optimis, karena jumlah yang betul-betul loyalis Amien, diperkirakan tidak sampai sebanyak itu. Kecuali Amien berhasil menghimpun figur lain yang populer yang sebelumnya bukan berkiprah di PAN. Maksudnya PAN Reformasi harus memperluas basis pendukungnya, atau perlu menyasar segmen yang selama ini pendukung partai lain.

Atau kalau Amien berhasil menggandeng anak muda yang terkenal di kalangan generasi milenial, barangkali pemilih yang baru akan pertama kali memilih pada pemilu 2024, tertarik menjadi sumber tambahan suara bagi PAN Reformasi. Tapi inipun kecil kemungkinannya bila PAN Reformasi terlanjur identik dengan Amien Rais yang secara usia sudah tergolong tua.

Justru PAN yang dinakhodai Zulkifli Hasan akan mendapat keuntungan bila berhasil lepas dari bayang-bayang Amien Rais. Personifikasi sebuah parpol dengan ciri-ciri sangat tergantung kepada seorang sosok kunci, sebetulnya dilihat dari teori manajemen, dinilai tidak sehat. Makanya, tugas seorang pemimpin sebetulnya adalah melahirkan pemimpin pengganti yang sama baik atau lebih baik dari dirinya.

Sekarang, meskipun Zulkifli menjadi ketua umum untuk periode keduanya, ia cukup cerdik dengan tidak berusaha bermain sendiri. Zulkifli berhasil menggandeng ketua umum sebelumnya, yakni Sutrisno Bachir dan Hatta Rajasa. Hanya Amien Rais yang "dikorbankan". Hatta diberi posisi Ketua Majelis Penasehat PAN, dan Sutrisno sebagai Ketua Dewan Kehormatan PAN.

PAN tanpa Amien Rais mungkin tidak terlalu galak, dalam arti kritik terhadap pemerintah akan dibungkus dengan kalimat yang lebih sopan. Hal itu menajadi langkah maju, karena banyak partai lain yang tak bisa melepaskan diri dari bayang-bayang tokoh kuncinya. 

Lihatlah, sulit membayangkan Gerindra tanpa Prabowo, PDIP tanpa Megawati, atau Nasdem tanpa Surya Paloh. Demokrat sudah berusaha dengan beralihnya estafet kepemimpinan dari SBY ke AHY. Tapi SBY dan AHY, sama-sama ada Yudhoyono-nya, sehingga bayang-bayang SBY diperkirakan masih ada.

Nah, dengan keberanian PAN melepaskan diri dari Amien, justru suatu pertanda baik, refleksi dari kepercayaan diri yang tinggi, bahwa tanpa Amien Rais pun, PAN akan tetap eksis. Malah Amien yang punya beban berat, bagaimana meracik strategi agar partai barunya tidak sekadar numpang lewat pada pemilu 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun