Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Atletik Pilihan

Semaraknya Borobudur Marathon dan Rahasia Kehebatan Pelari Kenya

17 November 2019   16:47 Diperbarui: 17 November 2019   16:48 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Borobudur Marathon, Minggu 17/11/2019 sesaat setelah dilepas (tribunjogja.com)

Bagi yang rutin mengikuti berita dari Kompas TV atau membaca koran Kompas, tentu mengetahui bahwa ada event besar dalam bidang olahraga atletik yang berlangsung pagi Minggu (17/11/2019) di Magelang, Jawa Tengah.

Acara dimaksud adalah Borobudur Marathon 2019 (selanjutnya ditulis BM 2019). Acara ini sebetulnya bukan semata-mata peristiwa olahraga, tapi juga berdampak positif pada sektor pariwisata di sekitar rute yang dilalui.

Tak kalah penting pula, acara ini memberikan hiburan bagi masyarakat. Secara timbal balik, berbagai kelompok masyarakat pun secara swadaya memberikan hiburan bagi para pelari dan penonton dengan pertunjukan spontan di jalanan. Ada yang menggelar tarian tradisional, musik tradisional, drumband, dan sebagainya.

Semaraknya acara BM 2019 terlihat jelas dari siaran langsung Kompas TV. Ajang yang rutin diselenggarakan setiap tahun ini berskala internasional. Untuk tahun ini lebih dari 10.000 orang yang ikut serta, di antaranya 300 orang pelari asing yang berasal dari 35 negara.

Seperti diduga, yang berjaya di BM 2019 kembali didominasi oleh para pelari asal Kenya, Afrika. Seperti yang diberitakan tribunnews.com (17/11/2019), semua kategori, yakni full marathon, half marathon dan 10K, dimenangkan oleh pelari profesional Kenya.


Keluar sebagai juara nomor full marathon adalah Geoffren Birgen dengan catatan waktu 2 jam 19 menit. Ini semacam ulangan event tahun lalu ketika pelari Kenya itu juga naik podium sebagai juara. Tapi catatan waktunya tahun lalu masih 2 jam 20 menit.

Untuk maraton putri, Peninah Mugen, juga dari Kenya, tampil sebagai juara dengan catatan waktu 3 jam 1 menit. Sedangkan pada nomor half marathon, pelari Kenya lainnya, John Muiruri Huru, menjadi yang tercepat dengan waktu 1 jam 5 menit.

Total hadiah yang diperebutkan pada BM 2019 terhitung besar untuk ukuran lomba sejenis di tanah air, yakni Rp 2,7 miliar. Tentu ini cukup menggiurkan bagi pelari Kenya yang memang menjadikan lomba maraton di berbagai penjuru dunia sebagai mata pencaharian.

Apa rahasia sukses pelari Kenya? Ternyata tidak ada yang rahasia. Ada tiga camp pusat pelatihan maraton di sana, dan semuanya menerapkan disiplin yang sangat tinggi.

Boleh dikatakan bahwa mereka yang berlatih di camp, setiap hari berlari sesuai jarak untuk maraton, yakni 42 km. Ketiga camp itu ada yang di daerah pegunungan, di dataran rendah, dan di dataran sedang 

Jadi, para pelari Kenya telah siap melahap kondisi rute yang seperti apapun juga. Di Eropa atau Amerika pun, juaranya tetap pelari Kenya.

Jelaslah, kunci sukses pelari Kenya "hanya" berlatih lebih keras dan lebih sering. Tapi jelas tidak gampang bagi pelari negara lain buat menyaingi. 

Mungkin juga motivasi pelari Kenya demikian besar, karena kehidupan sehari-hari mereka di sana relatif sulit secara finansial. Justru pemerintahnya sangat mendukung kegiatan maraton, karena bisa mendapatkan devisa dari hadiah yang diraih para pelarinya.

dok. antaranews.com
dok. antaranews.com

Kesuksesan BM tentu tidak terlepas dari keindahan Candi Borobudur yang menjadi daya tarik tersendiri, sehingga tidak heran demikian banyak pelari yang ikut serta.  

Tak kalah banyak pula para penggembira yang berdatangan dari berbagai daerah, memberikan dukungan bagi teman atau keluarganya yang ikut BM 2019.

Maka homestay di sekitar Borobudur pun dipenuhi mereka yang datang dari luar daerah dan luar negeri. Omzet pedagang makanan dan penjual cenderamata juga melonjak. Artinya, ada peningkatan pemasukan bagi warga setempat.

Perlu dicatat, di Kabupaten Magelang, khususnya di sekitar Candi Borobudur, setiap desa membangun objek wisata melalui program Balkondes (Balai Ekonomi Desa). 

Ada desa yang membangun pusat kuliner yang mengambil tempat di bangunan bergaya joglo khas Jawa. Dari sini pemandangan Borobudur terlihat sebagai latar belakang.

Jangan lupa, lomba maraton sekarang sudah bagian dari gaya hidup. Coba cek di media sosial, akan ditemukan berbagai foto dan video para peserta BM 2019. 

Apalagi kalau yang menjadi peserta adalah public figure. Bukankah ini jadi promosi gratis agar BM tahun depan semakin banyak lagi pesertanya?

Pelari dari kenya (dok. Kompas/Sekar Gandhawangi)
Pelari dari kenya (dok. Kompas/Sekar Gandhawangi)

BM semakin berkembang dari tahun ke tahun, terutama karena tidak saja didukung oleh pemerintah daerah dan sponsor (Grup Kompas dan Bank Jateng), namun juga karena banyaknya partisipasi masyarakat. 

Namun agar bisa menyaingi beberapa ajang serupa yang dianggap lebih tinggi kelasnya seperti Berlin Marathon, Tokyo Marathon, masih perlu upaya yang tidak ringan. Jalan yang dilalui para pelari harus diperlebar menjadi 20-24 meter.

Semoga dengan bantuan berbagai pihak, tahun depan penyelenggaraan BM akan semakin baik lagi. Satu hal yang juga sangat diharapkan, prestasi para pelari nasional harus digenjot agar mampu memberikan perlawanan terhadap para pelari dari luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun