Tampaknya secara hukum, yang namanya pembuktian harus terlihat secara kasat mata. Kalau buktinya berupa cetakan rekening koran dari bank, tidak terlihat uangnya sekalipun itu bukti yang valid.
Di lain pihak, konferensi pers merupakan hal yang penting dalam era keterbukaan sekarang ini. Tidak saja karena publik berhak mendapat informasi seperti itu, instansi pemerintah pun juga perlu punya forum untuk memperlihatkan hasil kerjanya.
Dampak positif lainnya dari konferensi pers itu tentu saja agar menimbulkan shock therapy bagi para koruptor atau calon koruptor, bahwa pada akhirnya yang namanya barang busuk akan tercium juga. Harta hasil korupsi akan dikejar oleh negara ke manapun.
Hanya saja ada kerawanan bila terpaksa menggunakan beberapa orang petugas untuk membawa uang sebanyak itu. Mungkin sulit bagi seorang petugas yang ingin usil menyembunyikan uang barang satu bundel.
Tapi risiko tercecer, salah hitung sehingga harus dihitung lagi berulang-ulang, atau hal-hal lain yang bersifat manusiawi, tetap saja ada kemungkinannya.
Sekadar usul, untuk masa datang, sekirang hal yang sama terjadi lagi, pihak kejaksaan agung dapat mengajak pejabat bank tempat uang pengembalian hasil korupsi disimpan, untuk memberikan penjelasan kepada wartawan.
Intinya bukankah bagaimana meyakinkan para wartawan bahwa uang tersebut betul-betul sudah diserahkan oleh pihak yang melakukan korupsi dan juga sudah diterima oleh negara.Â
Saya yakin, wartawan akan percaya bila diperlihatkan bukti kliringnya atau cetakan rekening koran dari bank. Jika pada lembar bukti tersebut ada hal yang bersifat rahasia, toh bisa dihitamkan.