Nah, sekarang ini, seperti kita ketahui yang lagi dikampanyekan di semua daerah adalah gerakan menghemat pemakaian plastik. Banyak juga daerah yang telah membuat peraturan daerah untuk mendukung program bebas plastik tersebut.
Tapi meskipun tidak dikampanyekan seperti gerakan penghematan penggunaan plastik, penghematan pemakaian tisu sebaiknya juga dimasyarakatkan, jika kita ingin menyelamatkan lingkungan.
Lho memangnya apa hubungan tisu dengan lingkungan? Hubungannya sih sangat dekat, tak akan ada tisu kalau tidak ada pepohonan. Dua unsur dominan untuk memproduksi tisu adalah kayu dan air melalui serangkaian tahapan pengolahan.
Tahukah anda berapa ribu ton tisu yang dikonsumsi setiap hari di seluruh Indonesia? Bukankah itu berarti mempercepat laju pengurangan areal hutan?
Memang ada program peremajaan hutan untuk kepentingan industri. Tapi tetap saja kita butuh hutan alam yang luas sebagai penghasil oksigen dan daerah resapan air.
Tak ada jalan lain kalau kita menginginkan lingkungan hidup yang lebih baik, mari mengurangi pemakaian tisu. Bukan langkah mundur bila kita kembali memanfaatkan saputangan, kain lap, handuk kecil atau serbet.
Kalaupun harus memakai tisu, jangan biasakan sekali mengambil untuk beberapa lembar. Mungkin dengan satu lembar saja sudah tercukupi. Sewaktu berbelanja, ada baiknya membeli tisu hasil daur ulang.Â
Kepedulian kita bersama sangat menentukan kualitas kehidupan kita kelak.