Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tak Ada Lagi Kubu 01 dan 02, tapi PA 212 Masih Eksis

29 Juni 2019   00:17 Diperbarui: 29 Juni 2019   00:31 1723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saatnya kita bersatu, tak ada lagi 01 dan 02, mari kita sama-sama bekerja keras demi kemajuan bangsa. Demikian kira-kira, mungkin kalimatnya tidak persis sama, yang disampaikan pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin seusai Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) membacakan putusannya. 

Bahkan banyak petinggi di kubu 01 yang melontarkan  pernyataan yang sejuk, bahwa tidak ada yang kalah dalam pilpres yang lalu, karena pemenangnya adalah semua kita, rakyat Indonesia.

Sedangkan di kubu 02, seperti yang sudah banyak diberitakan, PAN dan Demokrat diduga akan merapat ke Jokowi-Ma'ruf. Apalagi setelah putusan MK dibacakan, menurut Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Koalisi Adil dan Makmur sudah berakhir dan direstui oleh Prabowo sendiri (kompas.com, 28/6/2019).

Cukup santer pula tersiar berita bahwa Prabowo sendiri atau tokoh dari Gerindra lainnya mendapat tawaran buat bergabung agar jalannya pemerintahan pada periode kedua Jokowi lebih mulus. Hanya saja respon Gerindra tidak sehangat yang ditunjukkkan PAN atau Demokrat.

Dengan demikian, tampaknya partai-partai pengusung Jokowi-Ma'ruf merasa visinya dengan Gerindra, PAN dan Demokrat tidak terlalu berbeda, sehingga kalau nantinya bergabung, tidak akan sulit bekerja sama.

Namun tidak begitu dengan PKS. Ada kesan bahwa PKS akan ditinggal sendirian, karena sejauh ini belum terdengar kabar PKS ditawari bergabung ke gerbong eksekutif. Boleh dikatakan bahwa visi PKS atau chemistry-nya tidak klop dengan partai-partai pengusung Jokowi-Ma'ruf.

Sadar bahwa menjadi single fighter di legislatif sebagai pihak oposisi akan membuat PKS terkucil, PKS mengajak koalisi Prabowo-Sandi menjadi oposisi yang konstruktif (tribunnews.com, 28/6/2019).

Posisi PKS memang dilematis, meskipun dari pileg yang lalu perolehan suaranya meningkat ketimbang pileg 2014. Padahal PKS tak punya efek ekor jas, karena Prabowo dan Sandiaga bukan kader PKS.

Dari mana kenaikan suara PKS? Nah, ini hanya dugaan saja yang sangat mungkin keliru, bahwa anggota Presidium Alumni (PA) 212 banyak yang memberikan suara buat PKS. Alasannya dari sejumlah partai Islam, PKS-lah yang paling dekat dengan PA 212.

Jangan mengira PA 212 hanya sebanyak yang terlihat saat menggelar aksi. Diperkirakan simpatisan PA 212 di Sumatera jumlahnya besar sekali, namun karena faktor jarak, sulit untuk hadir ikut beraksi di Jakarta. Kekalahan telak Jokowi di beberapa provinsi di Sumatera bisa mengindikasikan hal tersebut.

Kalau dugaan di atas benar, justru di sinilah masalahnya. Meskipun PA 212 pernah ditemui langsung oleh Jokowi saat beraksi pada tahun 2017 dulu, bahkan Jokowi sempat mengumandangkan takbir bersama-sama tokoh 212, kondisi saat ini terkesan membuat PA 212 berseberangan dan menyulitkan pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun