Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Harga Saham Anjlok Bukan Karena Protes Prabowo

19 Mei 2019   11:16 Diperbarui: 20 Mei 2019   16:27 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bursa (thikstock) | Kompas.com

Sepanjang minggu lalu, dari Senin (13/5/2019) sampai Jumat (17/5/2019), merupakan minggu yang kelabu buat pasar saham di negara kita. Boleh dikatakan terjadi "kebakaran" di Bursa Efek Indonesia (BEI), karena mayoritas saham yang diperdagangkan berwarna merah, sebagai simbol untuk penurunan harga.

Kebetulan saya sering mengamati harga saham beberapa bank yang melantai di BEI, seperti BBCA (kode untuk Bank Central Asia), BBRI (Bank Rakyat Indonesia), BMRI (Bank Mandiri), dan BBNI (Bank Negara Indonesia).

Sejak awal tahun ini sampai akhir April, secara umum pergerakan harga saham bank-bank di atas masih bagus, cenderung naik atau paling tidak tergolong stabil di harga tinggi. Namun pada bulan Mei ini harga saham bank tersebut turun secara signifikan.

Berturut-turut bank-bank milik negara, yang semuanya sudah go public, melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) baru-baru ini. Dimulai BNI tanggal 13 Mei 2019, berlanjut BRI berselang dua hari, besoknya bersambung dengan RUPST di Bank Mandiri dan berakhir di Bank Tabungan Negara (BTN) tanggal 17 Mei 2019.

Salah satu agenda pada RUPST adalah penetapan laba tahun sebelumnya, dalam hal ini tahun 2018, dan pembagian laba yang disebut dengan dividen kepada semua pemegang saham.

Nah, BRI sebagai bank yang paling tinggi perolehan labanya di antara semua bank di tanah air, yakni sebesar Rp 32, 35 triliun selama tahun 2018, sesuai hasil RUPST membagi 50% dari laba tersebut sebagai dividen. Sedangkan bank milik negara lainnya, rasio dividennya di bawah 50% mengingat perolehan labanya tidak sebesar BRI, sehingga laba yang tidak dibagi bisa menjadi penambah modal perusahaan.

Dengan pengumuman pembagian dividen tersebut, secara normal akan menaikkan harga saham karena akan memicu pembelian saham bagi yang kepincut menerima dividen. 

Tapi coba lihat pergerakan harga saham BRI, sempat nangkring di harga tertinggi sekitar Rp 4.500 per lembar saham pada pertengahan April lalu, pada tanggal 17 Mei harganya anjlok menjadi Rp 3.790 per lembar.

Artinya, iming-iming pembagian dividen tidak cukup menarik. Bahkan yang sekarang lagi memegang saham BRI, ingin melepas saham tersebut, takut kalau terlambat menjualnya, harga makin turun lagi. Penurunan harga tersebut juga dialami oleh BMRI, BBCA, dan BBNI. 

Ada apa sebetulnya? Beberapa pengamat menghubungkannya dengan pilpres yang sebetulnya berlangsung lancar, namun ada masalah dengan protes yang dilakukan paslon 02 Prabowo-Sandi yang menuding telah terjadi kecurangan.

KPU yang dijadwalkan akan mengumumkan hasil resmi pilpres tanggal 22 Mei 2019 ini, justru menimbulkan perasaan cemas bagi banyak orang, takut terjadi kerusuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun