Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jam Gadang Versi Malam, Gairah Baru di Bukittinggi

10 Mei 2019   20:54 Diperbarui: 11 Mei 2019   16:45 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahwa kota Bukittinggi menjadi destinasi wisata utama di Sumatera Barat (Sumbar), tentu sudah banyak yang tahu. Tapi keramaian di kota berhawa dingin itu hanya berlangsung siang hari saja. Kalau malam, wisatawan praktis tidak banyak kegiatan selain makan malam.

Justru wisatawan yang punya kendaraan, banyak yang berkunjung ke kota terdekat, sekitar 30 km dari Bukittinggi, yakni kota Payakumbuh. Dengan hawa yang tidak begitu dingin, Payakumbuh lebih hidup sepanjang malam dengan penjual berbagai jenis makanan yang berjejer di sepanjang jalan utama di pusat kota.

Dok pribadi
Dok pribadi
Namun sejak dunia malam di Bukittinggi berbenah yang ditandai dengan menyulap kawasan wisata Jam Gadang yang menjadi salah satu ikon pariwisata Sumbar, menjadi lebih bercahaya plus ada air mancur menari, maka warga Bukittinggi, warga kota-kota lain yang relatif dekat dengan Bukittinggi, serta para wisatawan dari luar daerah, tertarik berkumpul di kawasan ini.

Mungkin karena berjubelnya pengunjung di arena yang tidak terlalu luas ini, menyebabkan hawa dingin tidak begitu menusuk lagi. Mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua, terlihat menikmati "mainan baru" tersebut. Itulah yang saya jumpai pada Sabtu malam (4/5/2019) lalu.

Peniup saluang (dok pribadi)
Peniup saluang (dok pribadi)
Saking ramainya, perlu berhati-hati dalam melangkahkan kaki, karena di jalan raya yang mengelilingi kawasan Jam Gadang, kendaraan dibiarkan berlalu lalang. Tapi kalau ingin parkir harus masuk gedung parkir khusus yang berjarak lumayan jauh yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kakai dari atau ke Jam Gadang.

Lagi pula kendaraan tradisional delman (di Sumbar disebut bendi) juga magkal dekat salah satu sudut di seberang Jam Gadang. Akibatnya jalanan macet dan terkesan kurang tertib.

Bendi (dok pribadi)
Bendi (dok pribadi)
Sebetulnya kegiatan warga kebanyakan  hanya sekadar berfoto. Untungnya ada banyak spot yang menarik untuk kegiatan berfoto tersebut. Di samping air terjun menari, ada juga taman air warna warni di sudut lain. 

Seniman tradisional yakni peniup saluang atau suling khas Sumbar yang lagi "manggung" di salah satu sudut, kurang mendapat sambutan dari warga yang berlalu lalang. Mungkin kalau sesekali ada pemusik organ tunggal membawakan lagu-lagu pop Minang, akan menjadi magnet tersendiri.

Taman di depan Jam Gadang (dok pribadi)
Taman di depan Jam Gadang (dok pribadi)
Jangan takut kalau lapar atau haus. Berjalan kaki sekitar 200 meter dari Jam Gadang, akan ditemui banyak sekali pedagang makanan. Ada yang menjual sate, martabak, soto, pecel lele, dan juga pedagang minuman penghangat tubuh seperti sekoteng.

Makanan jalanan (dok pribadi)
Makanan jalanan (dok pribadi)
Meskipun obyek air mancur menari sudah banyak dibuat di berbagai kota di tanah air, tapi untuk Sumbar, yang ada di Bukittinggi merupakan yang pertama. Pemkot Bukittinggi pantas diberi apresiasi, paling tidak hal ini efektif untuk menjaring turis lokal. Dengan adanya keramaian seperti itu, sektor ekonomi kecil melalui pedagang makanan jalanan atau pedagang mainan, bisa terbantu.

Hanya saja renovasi di kawasan Jam Gadang ini tidak secantik rancangannya. Kebetulan saya pernah melihat versi rancangannya yang dulu sempat beredar di media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun