Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Geliat E-dagang di Rumah Kami

9 Maret 2019   10:10 Diperbarui: 9 Maret 2019   14:44 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan keliru, kami bukan berbisnis dengan memanfaatkan fasilitas e-dagang, bahkan berbisnis secara konvensional pun tidak. Tapi saya memang berharap paling tidak salah satu anak saya akan berwirausaha kelak, yang mau tak mau akan bersentuhan dengan e-dagang, karena begitulah trend yang terjadi.

Yang ingin saya tulis hanyalah geliat di rumah kami, yang penghuninya adalah saya, seorang istri, serta 3 anak dan 1 keponakan yang semuanya berusia di kisaran 18 sampai 25 tahun, yang aktif sebagai konsumen e-dagang. 

Relatif seringnya anak-anak tersebut membeli berbagai barang secara online, justru membuat saya yang lebih sering berada di rumah, kelimpungan juga. Soalnya, si anak senangnya memesan barang saja, tapi tidak mau menunggu barangnya sampai diantar ke rumah, karena masing-masing punya kesibukan. Ada yang kuliah, ada yang lagi magang, atau aktivitas lain dengan teman-temannya di luar rumah.

Sang anak hanya mengirim pesan singkat ke saya menanyakan apakah barangnya sudah diantar? Tak ada standar pasti berapa hari suatu barang akan sampai di rumah, ada yang cuma satu hari, ada juga yang lima hari. Namun si pemesan bisa melacak status keberadaan barangnya, belum diantar atau dalam perjalanan.

Beberapa kali pagar rumah saya diketok tamu yang rupanya tetangga sendiri yang bermaksud menyerahkan barang yang dipesan anak saya. Mungkin si tetangga lagi di depan rumahnya saat si pengantar celingak celinguk di depan rumah saya. 

Bisa jadi si pengantar barang datang waktu rumah lagi kosong, sehingga si tetangga menawarkan diri untuk menerima barang daripada dibawa lagi oleh si pengantar. Cuma saya jadi tidak enak hati dengan si tetangga, takut merepotkan, karena sudah beberapa kali terjadi.

Pernah juga saya lagi sendirian di rumah, kebetulan lagi mandi, ada orang berteriak di depan rumah; "paket,..paket". Saya buru-buru ambil handuk, pakai baju dan berjalan ke depan rumah. Eh, si pengantarnya udah kabur dan tetangga juga lagi tidak di depan rumahnya.

Kadang-kadang saya merasa kesal juga, sepertinya saya dikerjai oleh anak-anak sendiri, tapi apa boleh buat mereka lebih senang belanja apapaun melalui e-dagang. 

Saya dan istri juga tak terhindarkan menggunakan e-dagang, tapi baru sebatas pesan makanan bila istri lagi capek memasak. Yang seperti ini menunggunya relatif cepat, paling lama satu jam.

Begitulah geliat e-dagang di rumah kami. Tampaknya geliat serupa juga terjadi di dua rumah di seberang rumah saya (bukan tetangga yang sering membantu mengambil barang pesanan anak saya). 

Hal ini saya ketahui karena saya beberapa kali kecele mendengar bunyi sepeda motor yang diiringi bunyi ketokan pagar dan teriakan "paket".  Saya tergopoh-gopoh ke depan mengira paket buat anak saya, gak tahunya paket buat tetangga seberang rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun