Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Memandikan Anak di Atas Makam Orangtuanya di Tidore

19 Februari 2019   09:27 Diperbarui: 19 Februari 2019   10:06 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita tentang personil kelompok musik Seventeen masih menghiasi berbagai media, terutama menyangkut kegiatan vokalisnya, Ifan, satu-satunya personil yang tersisa setelah yang lainnya menjadi korban bencana tsunami di Banten, Desember lalu.

Ifan sekarang memang lagi sibuk kampanye karena ia adalah caleg dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mewakili Kalimantan Barat yang akan bertarung di pemilu April mendatang agar bisa duduk di DPR RI.

Ada pula berita berbau gosip. Di media sosial banyak warganet yang menuliskan harapannya agar Ifan yang kehilangan istrinya Dylan Sahara, sebaiknya menikah dengan Juliana Moechtar, istri dari almarhum Herman Sikumbang, gitaris dan sekaligus pencipta banyak lagu hits dari Seventeen.

Tapi tulisan ini tidak berniat membahas apakah Ifan akan berjodoh dengan Juliana atau tidak. Ada hal lain yang menarik tentang anak-anak almarhum Herman Sikumbang. Kedua putranya, Isyam dan Uja, rupanya masih sering terbayang dengan sosok sang ayah yang telah dimakamkan di Tidore, Maluku Utara.

Yang lebih sering memperlihatkan kerinduannya pada sang ayah adalah si sulung Uja yang berusia 6 tahun. Uja yang sangat dekat dengan ayahnya, tak kuat menerima kenyataan bahwa ayahnya telah tiada. 

Sesuai dengan kebiasaan di Tidore, maka Uja pun pas di saat memperingati 40 hari kematian Herman, harus dimandikan di atas tanah makam ayahnya.

Ketika Uja menjalani ritual tersebut, seperti yang ditayangkan oleh salah satu televisi nasional 9 Februari 2019, terlihat ia yang berbaju biru berdiri di atas makam. Kemudian ada seorang bapak berpakaian seperti pemuka agama, menuangkan air dari dalam baskom ke atas kepala Uja.

Banyak anggota keluarga yang menyaksikan prosesi itu, dan Uja terlihat pasrah diguyur air. Menurut sang ibu, tujuan  anaknya dimandikan di atas makam, supaya menjadi tenang.

Soalnya, seperti dilansir dari tribunnews.com (9/2/2019), kakek Uja, Syahril Sikumbang pernah bercerita bahwa cucunya berhalusinasi melihat sosok ayahnya saat sedang salat. Inilah yang mengkhawatirkan keluarga.

Terlepas dari apakah cara seperti itu, oleh masyarakat modern sekarang ini, bisa dipercaya atau tidak untuk menenangkan seseorang yang ditinggal selama-lamanya oleh orang yang dicintainya, hal yang mungkin lebih tepat masuk ranah budaya lokal itu,  perlu tetap dilestarikan.

Kalau kita teliti di berbagai daerah lain di nusantara ini, masing-masing juga punya cara bagaimana membuat seseorang tidak lagi selalu terbayang dengan sosok yang telah meninggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun