Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perlukah Hadir di Pernikahan Mantan Pacar?

20 Januari 2019   09:01 Diperbarui: 20 Januari 2019   12:19 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: internasional.kompas.com

Tulisan ini dibuat setelah membaca sebuah berita di tribunnews.com (16/1). Judulnya lumayan panjang: "Viral, Pernah Pacaran 5 Tahun, Pria ini Datangi Nikahan Mantan Kekasihnya. Ibu Penganten Menangis".

Berita itu tidak menyebutkan nama yang terlibat maupun tempat dan waktu kejadian. Tapi yang digambarkan adalah  kehebohan saat seorang tamu lelaki dipeluk ibu penganten wanita dengan hangat. 

Setelah itu gantian mempelai wanita yang memeluk sang tamu dengan gaya seperti melampiaskan kerinduan yang lama tertahan pada seorang pujaan hati.

Kejadian itu ternyata direkam seseorang dan diunggah di media sosial, yang kemudian viral. Berita tersebut lalu ditutup dengan mengutip beberapa komentar warganet atas kejadian tidak biasa itu.

Pada dasarnya semua komentar lebih menyalahkan sikap mempelai wanita yang terkesan tidak menghargai suaminya yang berdiri di sampingnya. Tak ada yang menyalahkan kenapa seorang lelaki nekad datang ke resepsi pernikahan mantan pacarnya.

dok. moondoggiesmusic.com
dok. moondoggiesmusic.com
Sebetulnya pilihan ada di tamu yang diundang. Bukan soal berani datang atau tidaknya, tapi lebih pada pertimbangan kira-kira kalau datang jadi memperkeruh suasana atau tidak. 

Makanya tulisan ini lebih menyorot dari sisi yang diundang, bukan penganten yang mengundang. Karena bisa saja undangan yang dilayangkan ke mantan pacar niatnya hanya sekadar pengumuman untuk dimaklumi.

Ini memang dilema bagi sepasang kekasih yang sudah membina hubungan relatif lama, namun karena sesuatu hal yang tak mampu ditolaknya, meskipun itu bukan kemauan mereka berdua, tidak berlanjut ke jenjang pernikahan.

Justru akhirnya salah satu pihak harus menerima jodoh yang bukan pilihannya. Ya, tak salah kalau jodoh itu merupakan misteri sebagaimana rezeki dan ajal. 

Sekiranya yang diundang sudah menemukan pasangan pengganti, kalau memang berniat datang ke nikahan mantan pacarnya, sebaiknya didampingi kekasih barunya, agar bisa meredam terjadinya adegan yang kebablasan. 

Paling tidak si penganten akan tertahan keinginannya untuk memeluk pacar lamanya karena keder dengan pacar baru mantan kekasihnya.

Tapi bila yang diundang ke nikahan mantan kekasihnya, belum lagi menemukan kekasih baru, tidak datang pun sebetulnya bukan tindakan yang pengecut, asal saja telah mengirim pesan yang berisi ucapan selamat dan doa bagi sang mantan yang sudah jadi milik sah orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun