Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Keluarga Cemara", Sembilan Hari Sejuta Penonton

15 Januari 2019   14:04 Diperbarui: 15 Januari 2019   14:11 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. tribunnews.com

Para pemain dan semua pihak yang terlibat dalam produksi film "Keluarga Cemara" (selanjutnya ditulis KC) Senin (14/1) merayakan kesuksesan KC meraih jumlah satu juta penonton. Hebatnya, magic number satu juta itu, yang menjadi indikator meledaknya sebuah film nasional, telah ditembus pada pemutaran hari ke 9.

Film yang dirilis sejak 3 Januari 2019 lalu tersebut sampai hari ini masih diputar di banyak bioskop. Saya yang merasa dikomporin karena begitu banyaknya tulisan di Kompasiana yang mengulas KC, menyempatkan diri buat menonton di sebuah bioskop di salah satu mal di Jakarta Selatan, Jumat (11/1) lalu.

Saat itu, mungkin karena bukan hari libur, tidak semua kursi terisi, perkiraan saya jumlah penonton hanya sekitar 60% dari kapasitas yang ada. Tapi berdasarkan pengalaman saya yang relatif sering menonton film nasional, hal itu merupakan indikator yang baik.

Soalnya, tidak sekali dua kali saya menemukan penonton film nasional  yang hanya memenuhi sekitar 20% kapasitas saja, atau bahkan kurang dari itu. Padahal film yang diputar mendapat pujian dalam resensi Kompas Minggu atau Majalah Tempo, yang selama ini kredibilitasnya terjaga dan menjadi salah satu acuan saya.

Saya merasa puas setelah menonton KC karena mengangkat tema keseharian dalam sebuah keluarga, tema yang jarang diangkat ke layar lebar. Beberapa kali saya menyeka air mata yang tanpa sadar meleleh di pipi, dan merasa kisah dalam KC mewakili pengalaman banyak keluarga di negara kita.

Tapi ya setelah itu saya belum punya niat menuliskan kesan di Kompasiana, karena itu tadi, seingat saya mungkin sudah sekitar 10 orang kompasiner yang sudah menulisnya, dan semuanya saya sependapat, dalam arti saya belum melihat aspek lain yang berbeda yang perlu saya tulis.

Barulah pagi ini saat saya menjelajahi berita dari dunia maya, mendapatkan kisah syukuran para pemain dan kru film KC di atas. Saya tidak kaget KC ditonton oleh lebih sejuta orang, karena mereka yang sekarang berusia 40 tahun ke atas, banyak yang ingin bernostalgia dengan drama seri di televisi berjudul sama yang sangat populer di tahun 1990-an.

Dan KC versi layar lebar memang diadaptasi dari serial televisi yang ditulis Arswendo Atmowiloto itu. Maka jangan kaget kalau penonton KC ada yang datang berombongan sekeluarga yang berasal dari tiga generasi: kakek-nenek, ayah-ibu, dan anak-anak atau cucu-cucunya.

Generasi kakek nenek dan ayah ibu datang ke bioskop dengan harapan melihat kembali keasrian alam pedesaan dan kehangatan sebuah keluarga sederhana. Sedangkan bagi para remaja yang tak punya memori tentang serial televisi berjudul serupa, KC diharapkan menggugah kesadaran mereka bahwa seperti yang disebut dalam lirik lagu yang menjadi theme song film KC, "harta yang paling berharga adalah keluarga".

KC versi layar lebar terasa lebih kekinian, ketika anak-anak dalam sebuah keluarga sudah tersita waktunya oleh gawai dan ketika anak yang sudah remaja berani adu mulut dengan orang tuanya, bahkan sampai melanggar larangan dari ayahnya untuk tidak pergi ke kota menemui teman-temannya, sesuatu yang tabu pada keluarga puluhan tahun lalu. 

Tapi akhirnya KC ditutup dengan happy ending bahwa Abah, Emak, bersama 3 anaknya, termasuk satu bayi yang baru lahir, merasa saling menyayangi satu sama lain dan betah tinggal di desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun