Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jam Tangan Boleh Gak Punya, Kalender Harus Ada

27 Desember 2018   08:18 Diperbarui: 27 Desember 2018   08:45 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konon status sosial seorang lelaki dapat dilihat dari jam tangan yang dikenakannya, sebagaimana perhiasan dan tas untuk wanita. Saya tidak membantah pendapat tersebut.

Tapi sejak 7 atau 8 tahun terakhir ini saya tidak lagi memakai jam tangan. Bukan berniat sombong, sebetulnya untuk membeli jam tangan yang agak bagusan, rasanya saya masih mampu. Malah jam tangan yang saya punyai telah saya pensiunkan secara dini dan sekarang tersimpan rapi di lemari.

Gaya saya seperti itu awalnya karena terpengaruh anak saya yang termasuk generasi milenial. Kata anak saya, buat apa pakai jam tangan, berat-beratin tangan aja. Ingin tahu jam berapa, kan tinggal lihat di hape saja. 

O benar juga ya, kata saya dalam hati. Soalnya sebelum itu saya hanya pakai jam tangan karena fungsinya, bukan untuk perhiasan atau penampilan.

Tapi, saya belum bisa melakukan hal yang sama untuk kalender. Padahal bukankah kalau kita ingin tahu sekarang tanggal berapa, lihat dari hape juga bisa?

Saya menganggap kalender sebagai salah satu hal yang bisa menggambarkan identitas diri. Seorang tauke biasanya memasang kalender tebal, yang setiap hari dirobek selembar, karena satu lembar untuk satu tanggal. Kalender versi tauke ini polos tanpa gambar, hanya hari dan tanggal saja.

Tapi ada pula yang hanya bisa mendapatkan kalender 1 tahun penuh dalam selembar kertas, biasanya dari promosi produk sabun cuci atau barang harian lainnya. Ya lumayan lah, soalnya biasanya ada gambar penyanyi dangdut di bagian atas kalender.

Bagi yang senang melihat "hari baik bulan baik" kalender yang dicari adalah yang punya informasi tambahan penanggalan versi Arab atau Jawa, Bali, dan sebagainya. 

Saya bukan termasuk salah satu dari pemasang kalender jenis di atas di dinding bagian dalam rumah saya. Saya termasuk pengguna kalender korporat, maksudnya kalender yang dikeluarkan oleh perusahaan tertentu yang hanya didistribusikan secara gratis untuk karyawannya dan pelanggan intinya.

Kalender tersebut dicetak pada kertas bermutu baik dan terdiri dari 6 lembar yang masing-masingnya dihiasi foto yang dibuat oleh photographer profesional yang dikontrak secara khusus untuk itu.

Sebetulnya saya sudah tidak lagi bekerja di perusahaan yang kalendernya menghiasi rumah saya selama puluhan tahun. Tentu saja setiap tahun kalendernya berganti, tapi logo perusahaan di sudut kanan atas setiap lembarnya sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun