Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

500 Perusahaan Terbaik Dunia Versi Forbes, 6 dari Indonesia

1 November 2018   23:04 Diperbarui: 1 November 2018   23:15 1315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompas edisi Kamis 25 Oktober 2018 yang lalu, menurunkan berita yang menarik bagi yang suka menyimak perkembangan bisnis di tanah air. Berita tersebut mengulas 6 perusahaan di Indonesia yang berhasil masuk 500 perusahaan terbaik dunia versi Forbes.

6 perusahaan tersebut adalah Bank Mandiri, berada pada peringkat 11 dunia, BCA peringkat 32, Gudang Garam peringkat 109, Telkom peringkat 112, BNI peringkat 157 dan BRI peringkat 186.

Sungguh sangat membanggakan, perusahaan di negara kita ternyata mampu bersaing di kancah internasional. Apalagi 4 dari 6 perusahaan di atas, berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sebelumnya terkadang dikritik sebagai kurang profesional.

Adapun yang merebut peringkat 1 adalah Alphabet, perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat dan induk dari perusahaan Google. Alphabet unggul dari sisi iklim kerja dan keberagaman. Posisi ke 2 sampai 5 ditempati Microsoft, Apple, Walt Disney, dan Amazon.

Perlu diketahui bahwa Forbes menyusun peringkat perusahaan berdasarkan 430.000 rekomendasi global yang dianalisis oleh Statista. Pada intinya karyawan diminta menilai perusahaan tempat mereka bekerja dan ditanyakan apakah akan merekomendasikan perusahaan tersebut pada keluarga atau temannya.

Jadi jelaslah, unsur kepuasan karyawan menjadi faktor penentu dari peringkat perusahaan versi Forbes, karena didasarkan filosofi bahwa karyawan merupakan faktor kunci.

Sebetulnya, di banyak perusahaan di negara kita, pemahaman bahwa karyawan menjadi faktor kunci sudah lama berkembang. Makanya istilah sumber daya manusia sebagai aset perusahaan yang paling berharga, sering kita dengar atau baca. 

Bahkan paradigmanya sudah meningkat lagi dari sumber daya manuasia (human resources) menjadi modal manusia (human capital). Tak heran, bila di perusahaan besar, ada satu divisi khusus, atau diangkat ke level lebih tinggi berupa satu direktorat khusus, yang mengkoordinir semua hal terkait human capital.

Disebut mengkoordinir, karena hanya bersifat memimpin dan mengarahkan dalam menyusun kebijakan, perencanaan, perekrutan, pengembangan karir dan penilaian terhadap karyawan. 

Adapun eksekusinya berada pada semua jabatan, dari level direktur utama sampai yang paling rendah, katakanlah supervisor. Artinya, setiap pejabat sekaligus menjadi manajer sumber daya manusia atas semua karyawan bawahannya.

Jika karyawan sudah merasa nyaman bekerja, pada gilirannya akan mengangkat kinerja perusahaan, khususnya dalam memperoleh laba sebagai motif utama dalam berbisnis. Ke 6 perusahaan di atas selama ini kinerjanya memang kinclong.

Mari kita ambil contoh dari Bank Mandiri, apa yang telah dilakukan manajemennya sehingga mampu menjadi kebanggaan segenap karyawannya.

Awalnya tidak gampang membangun budaya kerja di bank yang merupakan hasil merger 4 bank plat merah yang mengalami kerugian besar setelah diterpa krisis moneter tahun 1998. 4 bank tersebut adalah Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Pembangunan Indonesia, dan Bank Ekspor Impor Indonesia.

Manajemen Bank Mandiri tidak mengambil model dari salah satu dari 4 bank tersebut. Justru para profesional dari bank swasta papan atas atau dari bank asing yang banyak direkrut, lebih memberi warna. 

Apalagi Robby Djohan dan Agus Martowardojo, yang masing-masing lama menjadi orang nomor satu di bank terbesar di tanah air itu berasal dari Bank Niaga. Maka kalau gaya karyawan Bank Mandiri lebih egaliter, tidak begitu ewuh pakewuh seperti di BUMN lain, tentu menyenangkan buat karyawan.

Sekarang, memasuki era milenial, Bank Mandiri dipimpin oleh seorang yang berusia muda dibandingkan direktur utama di banyak BUMN. Kartiko Wirjoatmodjo, masih 45 tahun, dan berlatar belakang konsultan, sebelum mulai berkarir di Bank Mandiri sejak 2003  di divisi Strategy and Performance Group. 

Namun sebelum ditunjuk jadi Direktur Utama Bank Mandiri sejak 2016, Kartiko sempat memimpin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) selama 2 tahun.

Dari viva.co.id (26/10) didapat informasi bahwa manajemen Bank Mandiri memang ingin menjadikan karyawannya super happy dan super produktif. Makanya di kantor sering diadakan happy hour, employee gathering, karnaval atau festival yang membuat komunikasi antara atasan dan bawahan lebih cair.

Bank Mandiri juga memberikan fasilitas dan ruang kerja yang bernuansa kekinian. Karyawan yang punya hobi tertentu seperti seni dan olahraga, juga difasilitasi untuk bisa disalurkan di kantor.

Tentu cara-cara tersebut pantas ditiru oleh perusahaan lain, bila tidak ingin sering-sering merekrut karyawan baru, karena yang sudah bergabung satu atau dua tahun, cenderung tidak betah dan minta resign.

Mungkin saja masih banyak perusahaan lain di Indonesia yang juga dicintai oleh karyawannya tapi tidak ikut disurvei oleh Forbes, karena belum berstatus go public. Contohnya perusahaan rintisan yang sekarang sudah bernilai besar. Gojek, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak, tentu juga meroket namanya karena disukai oleh anak muda yang penuh talenta.

Tak mungkin perusahaan mampu memuaskan pelanggannya, kalau untuk memuaskan karyawannya saja tidak bisa. Untungnya, perusahaan di Indonesia telah banyak yang menjadikan kebahagian karyawan sebagai faktor penting dalam kesuksesan bisnis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun