Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jakarta Setelah Asian Games: Tertib Antre di JPO dan Ojek Mangkal di Halte

26 September 2018   08:08 Diperbarui: 26 September 2018   08:17 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antre di jembatan penyeberangan (dok pribadi)

Meskipun dengan persiapan yang terburu-buru, demi menyambut tamu dari berbagai negara yang mengikuti Asian Games yang lalu, wajah kota Jakarta, khususnya di jalan protokol Sudirman dan Tamrin, berhasil dipercantik. Paling tidak, gak malu-maluin sebagai ibukota dari sebuah negara besar yang dipercaya menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar se Asia.

Saya yang bekerja di sebuah kantor di kawasan Jalan Sudirman, sangat senang berjalan kaki di trotoar baru yang lebar, meskipun debunya lumayan banyak. Memang, soal polusi masih menjadi PR besar di ibukota.

Sambil mencari keringat di pagi hari, saya sengaja turun dari bus Transjakarta agak jauh dari kantor, untuk berjalan kaki sekitar 15 menit.

Ojek mangkal di halte (dok pribadi)
Ojek mangkal di halte (dok pribadi)
Sepanjang jalan saya suka mengamati apa saja yang terlihat di depan mata.  Nah, setelah Jakarta banyak dipuji karena sukses menyelenggarakan Asian Games, ada budaya positif yang berhasil dipelihara dan ada pula budaya negatif yang kambuh kembali.

Budaya antre yang sering saya amati yang dilakukan penumpang bus yang turun di halte busway  depan Hotel Sahid, adalah contoh positif. Ternyata perilaku warga ibukota bisa tertib juga.

Di halte tersebut, penumpang Transjakarta yang menuruni  jembatan penyeberangan orang (JPO), jauh lebih banyak ketimbang yang naik jembatan.

Akibatnya jalur di tangga JPO padat sekali, sehingga kalau mereka yang turun main serobot, bisa-bisa yang mau naik gak kebagian. Untung saja rombongan yang  turun cukup sabar mengantre di satu sisi saja, sehingga tetap ada ruang bagi yang naik.

Dalam hati saya merasa salut dengan terbangunnya budaya antre seperti itu. Tapi, begitu saya sampai di bawah JPO, di halte model baru (halte di pinggir jalan, bukan yang di jalur busway) yang baru selesai dibangun bertepatan dengan dimulainya Asian Games, saya melihat yang mengecewakan.

Halte yang sudah bagus tersebut ternyata dijadikan tempat mangkal beberapa pengojek motor. Karena pengojeknya adalah pengojek biasa, bukan ojek online yang pakai jaket seragam, mungkin tidak disadari keberadaannya oleh pihak kepolisian atau pihak lain yang berwenang mengatur ketertiban di jalan raya.

Tapi karena setiap saya melewati halte tersebut, para pengojek yang lagi mangkal itu memberi kode ke saya, yang maksudnya menawari saya untuk naik ojeknya, saya memastikan bahwa yang mangkal tersebut adalah pengojek.

Sekali waktu saya sengaja duduk agak lama di halte itu dan secara diam-diam mengamati para pengojek yang mangkal. Ada yang membiarkan motornya seperti parkir sebentar, dan si pengojek berdiri di halte sambil menawari orang yang lagi menunggu bis atau taksi agar beralih ke ojeknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun