Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sampaikan Berita Buruk Terlebih Dahulu

7 Agustus 2018   06:58 Diperbarui: 8 Agustus 2018   16:38 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.idntimes.com

Bad news is good news sudah lazim berlaku di dunia jurnalistik. Berita Lombok diguncang gempa pasti lebih menarik ketimbang berita Presiden meresmikan suatu proyek baru. Berita pembunuhan sadis di sebuah desa lebih laku ketimbang berita sistem keamanan di suatu kampung.

Namun, mungkin saya yang terlambat tahu, ternyata prinsip mendahulukan berita buruk, bila diterapkan sebagai salah satu prinsip di suatu perusahaan, akan ikut mengangkat kinerja perusahaan tersebut.

Itulah yang diterapkan oleh perusahaan otomotif terbesar di negara kita dan telah sukses mengekspor kendaraan roda 4 ke banyak negara, Toyota Motor Manufacturing Indonesia, sebagaimana ditulis Kompas (6/8).

Di perusahaan tersebut ada 7 prinsip utama, tapi yang saya tertarik tentang prinsip yang berbunyi, "Berita buruk terlebih dahulu". Prinsip lain relatif sama dengan banyak perusahaan lain, seperti: integritas, visioner, inovatif, kerja sama, dan sebagainya.

Saya lama bekerja di sebuah perusahaan di bidang keuangan. Di sana ada lima nilai perusahaan, yang semuanya bersifat "generik", yakni: integritas, profesionalisme, keteladanan, kepuasan nasabah, dan penghargaan kepada pekerja.

Sejauh ini kinerja perusahaan tempat saya bekerja terbilang cemerlang. Tapi meskipun kurang terekspos, saya tahu bahwa banyak hal yang harus diperbaiki terkait adanya fraud, pelayanan terhadap keluhan nasabah, dan sebagainya. Kalau saja berita buruk mendapat tempat khusus, saya yakin kinerjanya lebih kinclong lagi.

Memang seiring dengan berjalannya waktu, gaya feodal yang saat saya mulai bekerja lebih 30 tahun lalu, terlihat dominan, semakin lama semakin hilang. Feodal yang saya maksud contohnya anak buah takut berbicara dengan atasan dan atasan juga berperilaku seperti tuan besar terhadap pelayannya.

Namun meskipun suasana sekarang lebih demokratis, tetap saja bila bos bertanya kepada bawahannya yang sudah bos juga, katakanlah bos kecil, bos kecil sungkan mendahulukan berita buruk.

Bahkan saya mencermati pola bahasa para bos kecil tersebut relatif seragam bila ditanya bos besar tentang progress report. Polanya adalah positif, negatif, positif. Mereka yang sukses menerapkan pola ini, karirnya terbilang bagus.

Jadi, positif pertama pada pola di atas adalah sampaikan keberhasilan terlebih dahulu. Berikutnya baru yang negatif dengan menyampaikan kendala di lapangan. Kemudian tutup dengan positif lagi, bahwa terhadap kendala itu telah diantisipasi dengan baik dan sudah ada solusinya. 

Setelah itu bos besar manggut-manggut puas, bos kecil pun tersenyum. Padahal kendala yang dilaporkan itu tadi berpotensi menjadi bom waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun