Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan featured

Integritas, Profesionalisme, dan Entrepreneurship dari Seorang Ciputra

3 Agustus 2018   09:27 Diperbarui: 27 November 2019   10:43 2440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chairman Ciputra Group, Ciputra. (Hilda B Alexander/Kompas.com)

Kawasan Wisata Ancol, siapa yang tidak tahu? Bagi warga Jakarta dan warga daerah yang lagi berlibur di Jakarta, Dunia Fantasi (Dufan) yang ada di kawasan wisata tersebut, sejak selesai dibangun sebagai  theme park yang pertama di Indonesia di tahun 1985 sampai saat ini masih merupakan obyek wisata paling ngetop di ibukota.

Dufan lahir dari mimpi seorang Ciputra. Saat merencanakannya di tahun 1970-an, banyak sekali orang yang bilang tak mungkin menyulap Ancol yang ketika itu berupa rawa seluas ratusan hektar yang tidak bisa dipijak, sehingga disebut sebagai tempat jin buang anak, menjadi kawasan wisata yang indah. 

Tapi untung Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, mendukung rencana Ciputra, dengan catatan pemda tidak punya dana untuk membiayainya. Ciputra yang hanya punya dana tipis memulai proyeknya sedikit demi sedikit. Tahap pertama sekadar merapikan jalan ke arah pantai, dan masyarakat yang mau ke pantai harus membeli karcis.

Ternyata warga Jakarta yang sebelumnya kalau mau ke pantai harus pergi jauh ke Anyer, menyambut hangat keberadaan Pantai Ancol. Lalu datang pinjaman dari Yayasan Bina Ria yang beranggotakan istri pejabat dan mantan istri pejabat, sehingga lahan yang bisa dijadikan tempat wisata semakin luas. Animo pengunjung pun makin meningkat tajam.

Ciputra mulai menjajaki untuk mewujudkan idenya membangun semacam Disneyland di Ancol. Tapi ide itu ditolak mentah-mentah oleh principal Disneyland di Amerika Serikat. Bahkan Disneyland mengirim surat ancaman agar Ciputra tidak membawa nama mereka dalam theme park Ancol itu.

Maka Ciputra dengan timnya yang dimotori beberapa arsitek muda yang idealis dari ITB, dengan memepelajari berbagai theme park di luar negeri, bisa merancang sendiri proyek yang akhirnya dinamai Dufan itu tadi. Proposalnya sangat menarik sehingga muncul beberapa sponsor dan juga pinjaman dari bank.

Kisah tersebut di atas adalah sebagian kecil dari yang tercantum di buku "Ciputra The Entrepreneur, The Passion of My Life". Ditulis oleh Alberthiene Endah yang sudah melahirkan belasan buku biografi orang-orang terkenal, buku setebal 640 halaman ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 

Cetakan pertama terbit pada April 2018, langsung disambung dengan cetakan kedua, sebulan sesudahnya.

Pembaca akan banyak sekali menimba ilmu dari buku tersebut. Pengalaman hidup Ciputra yang kelak menjadi pelopor dan sekaligus legenda dalam usaha di bidang properti di negara kita, terurai secara jelas dan runtut.

Ancol menjadi proyek besar kedua dari Ciputra, setelah Proyek Senen yang kisah pembangunannya tidak kalah rumit, bahkan sangat dramatis. Saat itu Ciputra bukan siapa-siapa, hanya anak muda yang baru lulus dari ITB, yang dengan sabar mencari kesempatan menemui Gubernur Jakarta ketika itu, Soemarno.

Setelah berkali-kali ditolak menghadap gubernur, akhirnya Soemarno mau menerima Ciputra, dan ternyata Ciputra berhasil meyakinkan sang gubernur tentang perlunya menata Pasar Senen yang saat itu kondisinya sangat semrawut, kotor, dan dikuasai banyak  preman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun