Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money

Bank Ndeso itu Sekarang Menjadi Raksasa Perekat Nusantara

18 Desember 2017   13:28 Diperbarui: 18 Desember 2017   13:28 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BRI Melayani masyarakat pedalaman Papua (dok. merdeka.com)

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., selanjutnya ditulis BRI, pada tanggal 16 Desember 2017 yang lalu, baru saja merayakan hari ulang tahun ke 122. Boleh dikatakan bahwa di antara bank-bank  nasional yang sekarang beroperasi, BRI adalah yang tertua. Namun jangan samakan  perusahaan yang tua dengan orang yang tua. Manusia, kalaupun ada yang masih hidup di usia 122 tahun, pastilah sangat renta.

Tak banyak perusahaan di dunia yang bisa bertahan, bahkan semakin berkembang, melebihi satu abad. Maka bagi perusahaan seperti BRI yang mampu seperti itu, tidak layak disebut tua, karena pasti BRI berhasil dalam meremajakan dirinya. Artinya, BRI selalu melakukan inovasi, sehingga selalu selaras dengan kemajuan zaman.

Sungguh tak terbayangkan, bagaimana transformasi dari pengelolaan kas sebuah masjid di Purwokerto, kemudian pada tanggal 16 Desember 1895 oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja didirikan sebuah bank yang dinamakan De Poerwokertosche Hulpen Spaarbank der Indlandsche Hoofden atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto, akhirnya seperti yang kita saksikan saat ini, menjelma menjadi bank nasional terbesar di negeri ini. 

Jadi, awalnya BRI adalah bank ndeso. Namun hebatnya, tanpa melupakan kultur ndeso-nya, yang tercermin dari nilai kekeluargaannya yang tinggi yang mengikat antar sesama karyawan dan antar karyawan dengan nasabahnya, BRI saat ini terlihat sebagai sosok bank yang modern dan trendi. Nilai-nilai kekeluargaan itu, yang dalam tagline BRI disebut sebagai "melayani dengan setulus hati" tetap dipelihara sampai sekarang oleh sekitar 100.000 karyawannya di lebih dari 10.000 jaringan kantor yang dimiliki BRI.

Patut dicatat, bahwa BRI adalah satu-satunya bank di dunia yang memiliki satelit sendiri dalam rangka mempercepat pelayanan bagi puluhan juta nasabahnya yang tersebar di seluruh nusantara, sampai ke kawasan terluar, terpencil, dan terpelosok. Mungkin banyak yang salah persepsi kenapa BRI sangat berani membeli satelit sendiri, yang nota bene belum pernah dilakukan oleh bank-bank besar di luar negeri.

Kita tidak bisa membandingkan BRI dengan bank di Cina yang lebih besar ukurannya. Soalnya, secara geografis Cina adalah sebuah kontinental berupa daratan yang amat luas. Sedangkan Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, sehingga dari kajian para pakar,  satelit adalah yang paling layak untuk memudahkan operasi bank sebesar BRI. Jadi transaksi antar nasabah, dari ujung barat di Sabang, sampai ujung timur di Merauke, atau dari Pulau Miangas di ujung utara, sampai Pulau Rote di ujung selatan, dapat dilakukan secara real time on line.

Tidak berlebihan rasanya kalau dikatakan, tanpa BRI, gerakan literasi keuangan bagi seluruh masyarakat Indonesia, akan sulit tercapai. Hal ini mengingat bahwa di beberapa kawasan yang sangat terpencil, BRI menjadi satu-satunya kantor bank yang beroperasi. Tidak hanya itu, BRI mempunyai beberapa buah kapal yang disulap menjadi kantor bank yang berlayar antar pulau terluar untuk melayani masyarakat yang selama ini tidak tersentuh oleh pelayanan bank. Ya, bank ndeso itu sekarang telah menjadi bank raksasa perekat nusantara. Sebagai raksasa, BRI adalah raksasa yang lincah.

Jelaslah, bahwa kultur ndeso bila diolah secara baik, bisa berjalan paralel dengan pelayanan modern. Faktor ini pula yang membuat BRI menjadi bank yang terdepan dalam melayani masyarakat kelas menengah ke bawah. Tidak terhitung berapa banyaknya para pedagang kecil, nelayan, petani, peternak, pengrajin, atau sektor lainnya bagi kaum marjinal, telah terangkat kemampuan ekonominya, berkat fasilitas kredit dari BRI. Tentu perlu pula disampaikan bahwa  program pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), keberhasilannya sangat tergantung dari keberhasilan BRI sebagai penyalur paling dominan.

Nah inilah paradoks berikutnya dari BRI, setelah berhasilnya memadukan kultur lokal yang ndeso dengan manajemen modern yang telah dibahas sebelumnya. Disebut paradoks, karena bagi bank lain pada umumnya, melayani kredit bagi masyarakat kecil, dipandang sebagai hal yang riskan. Namun BRI telah membuktikan, dengan mengenal lapangan secara baik, justru kredit kecil menjadi win-win solution. Masyarakat kecil terbantu dalam mengembangkan usahanya, BRI juga memperoleh keuntungan dari pengembalian kredit, untuk kembali disalurkan kepada yang membutuhkan.

Tak heran, bila kinerja BRI menjadikannya sebagai bank yang paling kinclong di tanah air. Dengan aset saat ini lebih dari Rp 1.000 triliun, BRI meraih predikat sebagai bank dengan perolehan laba terbesar sejak 12 tahun terakhir. Tentu dengan demikian, deviden yang disetorkan BRI sebagai pemasukan bagi negara, di samping dari berbagai jenis pajak, juga terbilang besar. Bolehlah disebut bahwa BRI banyak berkontribusi bagi pembangunan nasional.

Keberhasilan BRI di atas juga sangat diapresiasi oleh publik. Perlu diketahui, sebagai sebuah perusahaan yang mempunyai reputasi tinggi dan dikelola memenuhi prinsip good corporate governance(GCG), BRI telah berstatus perusahaan publik, sejak "melantai" di Bursa Efek Indonesia (BEI), tanggal 10 November 2003. Dalam struktur pemegang saham, negara masih menjadi pengendali karena memiliki sekitar 55% saham. Sisanya diperjualbelikan di BEI, dan laris manis diburu investor, termasuk investor asing, sehingga layak disebut sebagai saham berkategori blue chips.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun