Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Penangkaran Buaya di Balikpapan, Ada Sate Buaya Rp 5.000 per Tusuk

17 Mei 2016   10:10 Diperbarui: 17 Mei 2016   10:26 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demi informasi yang lebih akurat, maka saya harus minta maaf kepada pembaca tulisan saya di Kompasiana kemaren tentang minimnya obyek wisata di Balikpapan. Ternyata di sekitar 40 menit dari pusat kota, dan itu secara administrasi pemerintahan masih di bawah kekuasaan Walikota Balikpapan, ada beberapa obyek yang bagus. Bahkan kalau mau lebih jauh lagi, yang sudah masuk ke kabupaten tetangganya Balikpapan, ada obyek wisata alam terkenal Bukit Bangkirai, tempat pohon-pohon berdiameter raksasa, dan pengunjung bisa berpetualang berjalan di atas jembatan papan yang menghubungkan pohon-pohon besar tersebut. 

Berhubung waktu yang saya punyai sangat terbatas (maklum, ini kegiatan sampingan di sela-sela penugasan dari kantor tempat saya mengabdi), maka saya memilih mengunjungi obyek yang tidak kalah menarik, yakni tempat penangkaran buaya di Teritip, Balikpapan. Barangkali tujuan utama dari usaha penangkaran buaya atas nama CV Surya Raya ini untuk menjamin tersedianya pasokan  kulit buaya yang diekspor ke Eropa. Tapi karena juga punya nilai jual sebagai obyek wisata,  maka terdapat sumber pendapatan sampingan bagi CV tersebut. Menurut seorang pemandu di sana,  kalau di hari Sabtu atau Minggu, jumlah pengunjung berdasarkan tiket yang terjual bisa 600 orang sehari. Harga tiket adalah Rp 10.000 per orang, di luar ongkos parkir kendaraan.

Ada banyak kolam penangkaran di sana. Satu kolam diisi oleh beberapa ekor buaya. Kelompok buaya indukan dipisahkan dengan dengan buaya yang remaja. Jumlah buaya semuanya di atas 1.000 ekor. Kesuksesan penangkaran menjadi fokus, karena setiap tahun sekitar 300 ekor yang memenuhi kriteria "dihabisi" untuk diekspor. Satu ekor indukan bisa bertelur  rata-rata 30 butir dalam seminggu di musim tertentu.Telur dipisahkan masuk ke inkubator selama 3 bulan. tapi hanya 30 % yang jadi anak buaya.  

Penangkaran ini beroperasi sejak tahun 1991 di atas lahan seluas 5 ha. Kegiatan paling menarik di tempat ini adalah memberi makan buaya-buaya tersebut. Pengunjung harus membayar sebesar Rp 10 ribu untuk satu ekor ayam hidup yang akan menjadi makanan bagi buaya. Jika ayam dilempar ke buaya indukan, hanya dalam hitungan detik, ayam sudah di kerongkongan buaya secara utuh. Yang unik kalau seekor ayam dilempar ke kolam buaya remaja. Puluhan ekor buaya akan saling berebut, sehingga kecipak air kolam bisa muncrat melewati pagar batas pengunjung boleh melihat. Rebutan menggigit ayam bisa membuat buaya lain terluka. 

Puas berkeliling dari kolam ke kolam, saatnya untuk melakukan hal lain, bagi yang mau dan berani. Ada restoran yang menyajikan sate buaya dengan harga Rp 5.000 per tusuk. Boleh pula membeli tangkur buaya dengan harga Rp 100 ribu per cm (di sana juga diperlihatkan tangkur buaya palsu yang sering dijual di pasar tertentu, agar pengunjung mampu membedakan tangkur asli dan palsu). Minyak buaya dan ramuan tangkur yang multi khasiat, juga tersedia dengan harga lebih murah ketimbang membeli tangkurnya. Berfoto bareng buaya juga bisa dengan tarif Rp 10 ribu per foto.

Berikut saya sertakan beberapa foto terkait obyek penagkaran buaya dimaksud.

[caption caption="Buaya indukan dengan seekor ayam di mulut"][/caption]

[caption caption="Buaya remaja"]

[/caption]

[caption caption="Tangkur asli"]

[/caption]

[caption caption="Daftar harga"]

[/caption]

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun