Gue agak terkejut setelah diberitahu siapa Chelsea yang sebenarnya. Namun kasih menutupi segalanya. Kasih bisa menerima seseorang apa adanya, tanpa syarat apapun.------
Hari berikutnya,
Gue mendapat pesan WA dari beberapa editor yang menangani novel-novel gue. Ya. Total ada 7 judul novel baru di tahap akhir proses editing. Â
Seperti biasa gue langsung terbang untuk menemui mereka, bersilaturahmi dan berdiskusi secara intensif dalam rangka menyempurnakan novel-novel gue.
Penulis dan editor bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan di dunia penerbitan. Dengan tulus mereka membantu semua penulis tanpa meminta imbalan apapun.
Sebagai ucapan terima kasih, berkali-kali gue mengajak mereka makan siang di restoran, namun mereka selalu menolaknya. Bahkan justru terbalik, merekalah yang selalu mentraktir gue makan siang di kantin atau rumah makan dekat penerbit-penerbit itu. Hanya sesekali saja mereka mau ditraktir balik.
Bagi gue, teman-teman editor berperan sangat penting dalam proses kelahiran novel-novel best seller gue. Tanpa sentuhan tangan-tangan profesional mereka, novel-novel gue tak akan menjadi mahakarya sempurna. -- Best Seller --
------
Seminggu lebih gue harus meninggalkan Chelsea sendirian di rumah. Gue fokus untuk finalisasi 7 novel yang segera diterbitkan di 3 penerbit dalam waktu hampir bersamaan. Setiap hari gue harus bertemu dan berdiskusi dengan team editor yang biasa membidani novel-novel gue.
Tak ada waktu lagi untuk memperhatikan Chelsea, gadis polos nan manja itu. Rasa kuatir dan perasaan bersalah mulai berkecamuk. Mengapa gue tega tinggalkan dia sendirian? Mengapa gue tidak mengajaknya?
Hanya sempat 2 kali saja gue video call dengan Chelsea untuk memastikan bahwa dia aman di rumah dan tidak mengalami masalah serius. Itupun harus kami lakukan di atas pukul 24.00. Beruntung Chelsea saat itu belum tidur.