Nggak seperti biasa gadis cantik nan manja itu menjawab dengan jawaban seketus itu. Bisanya dia selalu bermanja-manja. Dan selalu ceria.
"Hmm ... kalian berantem?"
"Nggak." jawabnya singkat.
"Nggak kenapa-napa." lanjutnya sambil mengaduk-aduk kopinya makin kencang hingga tak sadar menumpahkannya ke piring kecil putih di bawah cangkir kopi itu.
"Nah, tumpah kan?"
Gue dengan cepat langsung ambil beberapa lembar tisu di meja untuk membersihkan tumpahan kopi itu.
Air mata keluar dari kedua mata sipitnya.
"Lhah malah nangis? OMG. Kenapa? What happen with you?"
"Kenapa? ada apa sayaaaangggg ...."
Dengan sigap gue geser kursi gue ke sampingnya dan gue usap air matanya dengan tisu. Lalu memeluknya dengan pelukan kasih sebagai abang.
Siang itu gue dengar semua curahan cerita kesedihan-kesedihannya yang selama ini dia tutup-tutupi kepada siapapun walaupun dia hampir menyerah putus asa tak kuat lagi menanggung tekanan-tekanan hidup yang begitu berat selepas kematian kedua orang tua dan seorang adiknya akibat kerusuhan Mei itu.