Mohon tunggu...
Irwan Hasiholan
Irwan Hasiholan Mohon Tunggu... Business Consultant - Penulis Artikel Online
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Artikel Online

Selanjutnya

Tutup

Nature

Cegah Longsor dengan Teknik Soil Bioengineering

21 Januari 2020   13:09 Diperbarui: 21 Januari 2020   15:13 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta, Selasa, 21 Januari 2020. Sebagai bentuk pencegahan dan penanganan bencana tanah longsor dan banjir yang terjadi di wilayah Jakarta, Bogor, dan Banten beberapa waktu lalu, Menteri LHK Siti Nurbaya memerintahkan agar melakukan beberapa upaya antara lain yaitu penataan ruang wilayah dan penggunaan secara proporsional, pembuatan bangunan pengendali banjir, revegetasi di lahan pasca tambang, serta penegakan hukum. 

Meskipun BMKG memprediksikan pola hujan tahun 2020 mirip dengan pola normalnya, namun upaya preventif sangat penting dilakukan untuk menghindari terjadinya bencana yang sama.

Bencana tanah longsor dan banjir bandang beberapa waktu lalu, meliputi Desa Lebak Gedong dan sekitarnya, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak dan kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor. 

Berdasarkan Peta Kemiringan Lereng Banjir Bandang dan Tanah Longsor Kabupaten Lebak dan Bogor (KLHK, 2020), diketahui bahwa kedua lokasi bencana tersebut berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung bagian hulu yaitu sub DAS Ciberang, serta di sub DAS Cidurian Hulu, yang memiliki kemiringan lereng >30%.

Mengutip penelitian sebelumnya yang dilakukan Kamawati (2004), Dr. Budi Hadi Narendra, peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK menyatakan, bahwa longsor didefinisikan sebagai gerakan massa tanah atau batuan, maupun
kombinasi keduanya menuruni lereng, akibat terganggunya kestabilan massa penyusun lereng tersebut.

"Kestabilan lereng ini dipengaruhi kondisi morfologi, khususnya kemiringan lereng, kondisi batuan atau tanah penyusun lereng, dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng, sedangkan pemicu longsor itu sendiri berasal dari peningkatan kandungan air dalam lereng karena hujan, getaran saat gempa bumi, serta peningkatan beban seperti bangunan, atau pohon yang terialu rimbun sehingga melampaui kuat geser tanah, pemotongan kaki lereng yang mengakibatkan menurunnya gaya penyangga, dan susutnya muka air yang cepat di danau/waduk, yang dapat menurunkan gaya penahan lereng", jelas Budi mengutip hasil penelitian Susilawati dan Veronika pada tahun 2016 lalu.

Mendukung upaya preventif, Budi juga mengemukakan teknik soil bioengineering untuk menstabilkan kelerengan. "Sebagaimana hasil kajian Nugraha et.al (2016), pada prinsipnya metode ini berusaha menutupi permukaan lereng yang terbuka dengan tanaman, agar akar tanaman dapat meningkatkan kohesi tanah, sebagai suatu sistem konstruksi alami penstabil lereng. Selain itu, akar dapat menyerap air dalam tanah melalui proses transpirasi sehingga dapat menurunkan tegangan air pori".

Sebagaimana halnya jenis tanaman vetiver yang sedang ramai dibicarakan saat ini, Budi menyampaikan, peranan akar pohon sebagai pengcekeraman juga dapat memberikan kestabilan tanah pada lereng, meski tetap bergantung pada faktor lain seperti sistem morfologi, penguatan,
distribusi akar, dan interaksi antara akar-tanah. 

"Demikian pula halnya karakteristik sistem perakaran tanaman seperti kerapatan akar, jumlah akar, kedalaman akar, pola percabangan akar, sudut kemiringan akar, dan diameter akar juga akan mempengaruhi proses longsoran. Untuk meningkatkan stabilitas lereng, panjang akar mesti mencukupi supaya akar-tanah dapat berinteraksi dan mencengkeram tanah", tambahnya.

Selain rumput vetiver, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukannya bersama Dr. Ogi Setiawan di tahun 2012, perakaran tanaman bidara laut (Strychnos lucida R.Br.). juga diketahui sesuai untuk upaya pengendalian longsor. 

"Bidara laut termasuk yang cocok untuk ditanam di daerah rawan longsor karena selain perakarannya sesuai, jenis pohon ini ukurannya juga tidak besar sehingga tidak terlalu membebani lereng. Akan lebih bagus dikombinasikan dengan vetiver, karena akan membentuk kanopi berstrata/bertingkat, yaitu tajuk vetiver di lapisan bawah dan bidara di lapisan atas. Tajuk yang berstrata juga akan lebih berperan efektif dalam pengurangan erosi", jelas Budi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun