Mohon tunggu...
Irwan Hasiholan
Irwan Hasiholan Mohon Tunggu... Business Consultant - Penulis Artikel Online
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Artikel Online

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Syukuran 4 Tahun, PARA Syndicate dengan Tema "Kita Bersatu Membangun Indonesia"

17 Oktober 2019   15:15 Diperbarui: 17 Oktober 2019   15:35 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta, 17 Oktober 2019 PARA Syndicate menggelar acara syukuran perjalanan 4 tahun kiprahnya dengan mengangkat tema: "KITA BERSATU MEMBANGUN INDONESIA: Bangunlah jiwanya. Bangunlah Badannya untuk indonesia Raya" di Auditorium Adhiyana, Wisma Antara, Jakarta hari ini. Dimaknai sebagai perjalanan, atau journey, karena PARA Syndicate bukanlah tujuan, namun kendaraan atau vehicles bagi credo lembaga yang disemai dari pemikiran Soegeng Sariadi (alm) bahwa "Berpolitik haruslah dalam rangka Bernegara dan Bernegara dalam rangka Berkonstitusi". kendaraan bagi pemikiran-pemikiran kebangsaan dan demokrasi termasuk pemikiran yang ditularkan oleh Ketua sekaligus Pendiri PARA Syndicate Dr. Sukardi Rinakit, juga kendaraan bagi cinta dan harapan keluarga besar lembaga yang dalam empat tahun ini telah mengantar pada persinggahan-persinggahan kebangsaan penuh makna bersama dengan semua associates, jejaring dan segenap para pihak lain [stakeholders].

"PARA Syndicate, sebagai kelanjutan dari Soegeng Sarjadi Syndicate, berkomitmen untuk terus secara aktif berikhtiar bersama, memastikan agar proses demokratisasi di republik ini berjalan pada rel yang benar, sehingga berpolitik dijalankan dalam rangka bernegara, dan bernegara dalam rangka berkonsitusi," kata Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo.

Acara syukuran yang sedianya dihadiri oleh lima ratusan tamu undangan dari berbagai jejaring dan kalangan ini menjadi terasa lebih istimewa karena beriringan dengan peringatan Sumpah Pemuda, peristiwa kebangsaan super penting 91 tahun lalu yang berhasil melahirkan kesadaran bersama para pendahulu bangsa kita untuk berbangsa satu, bertanah air satu, dan berbahasa satu INDONESIA. Peristiwa penting yang menarasikan bahwa hanya dengan persatuan yang kuat maka cita-cita luhur itu bisa kita raih bersama. Berawal dari Sumpah Pemuda itu juga, rasa nasionalisme mulai mengalir dalam nafas dan nadi bangsa yang kemudian berani berseru: walaupun berbeda-beda tetapi kami tepat satu. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Akhirnya, tekad dan semangat persatuan itu pula yang berhasil mengantar perjuangan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaan.

Momentum Berefleksi dan Ajakan Bersatu Menjawab Tantangan Bersama

Mempertimbangkan dinamika yang terjadi di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, tema "BERSATU MEMBANGUN INDONESIA: Bangunlah jiwanya, Bangunlah Badannya, untuk Indonesia Raya" juga dipilih sebagai ajakan bersatu untuk pertama-tama berani berefleksi dan kedua untuk kemudian bersama-sama mau dan berani menjawab berbagai tantangan yang kita hadapi hari-hari ini. Tantangan yang muncul karena polarisasi di masyarakat telah mengancam demokrasi dan konsolidasi kebangsaan akibat masih maraknya narasi dan praktik politik populisme yang sarat isu-isu identitas, utamanya saat gelaran Pilkada dan Pemilu.

Tantangan yang timbul karena beratnya ujian persatuan dan kesatuan Indonesia oleh sebab berbagai hal, berikut:

(1) Pengerasan identitas primordial, sentimen sektarian, dan paparan radikalisme yang menghancurkan sendi-sendi persatuan bangsa,

(2) Meredupnya khazanah tradisi keindonesiaan dalam menghadapi terpaan lintas dominasi budaya asing yang menyebabkan krisis kebangsaan dan bernegara,

(3) Disrupsi teknologi informatika di semua segi kehidupan masyarakat yang belum mampu untuk dikonsolidasikan menjadi peluang dan kekuatan membangun bangsa dan menguatkan persatuan nasional.

(4) Pertukaran lintas budaya yang timpang yang menjadikan lndonesia hanya sebagai konsumen sehingga menyebabkan krisis karakter/jati diri dan budaya yang mengikis kebersamaan dan solidaritas berbangsa. Dan,

(5) Persatuan Indonesia sedang tercabik-cabik oleh pertikaian berlatar belakang SARA (suku, agama, ras, antar-golongan) dan permusuhan yang berlarut-larut akibat ekses kontestasi politik elektoral yang merusak harmoni sosial dan persaudaraan di dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun