Berjalannya proses pembangunan Masjid Terapung di Pantai Carocok Painan mungkin merupakan kebanggaan tersendiri bagi pencetus dan yang mengurusnya, namun menjadi keprihatinan terselubung bagi sebagian orang karena menimbulkan aspek kemubaziran dari segi agama. 27,5 miliar begitulah dana yang digelontorkan untuk pembangunannya, dengan tujuan supaya menjadi pondasi wisata halal di Pesisir Selatan. Macam tidak beragama saja orang di daerah Pesisir ini, macam orang dungu yang tidak tahu tulis baca saja turis yang ingin melancong, tanpa mengetahui adat, kebudayaan, serta agama di tanah yang berfilosofi adat basandi syarak syarak basandi kitabullah.
Bila tuan berlibur ke Pesisir Selatan untuk melepas kepenatan syaraf-syaraf dalam pekerjaan, cobalah tuan duduk-duduk saat pagi menjelang siang di tepi pantai, sambil melihat perempuan-perempuan membantu keluarganya mahelo pukek. Sekilas mungkin keindahan tersendiri melihat irama langkahnya yang menari bersama ombak.Â
Tapi jika tuan tidak keberatan cobalah menawarkan diri untuk ikut membantu pekerjaan mereka. Kalau tidak tahu caranya bisa tangga sarawa karena hentakan-hentakan gelombang laut. Saat pukat sampai di tepi pantai melihat ikan yang melompat-lompat hilang payah di badan nan lelah, namun bila pukat tidak kanai, badan payah semangat lunglai.
Begitu payah mereka mencari penghasilan hidup untuk menjalani hari-hari. Sementara sayup-sayup di ujung mata tampak seperti fatamorgana yang kabarnya dibangun Masjid Terapung.Â
Menurut ceritanya masjid itu akan menjadi tujuan wisata, bila orang berduyun-duyun datang ke daerah sejuta pesona ini maka kita akan kaya. Kita, siapa kita? Antah iyo antah tido. Seandainya uang sebanyak tadi diberikan pada penduduk sebagai modal usaha dengan pelatihan-pelatihan nya, tentu kaum ibu itu sedikit bisa mengurangi kepenatan raga.
Jauh terbesit di lubuk hati lebih menakutkan dari semua itu, pembangunan masjid tanpa diiringi dengan kecintaan pada masjid tersebut adalah bentuk tanda-tanda semakin mendekat hari kiamat.Â
Masjid banyak di Pesisir Selatan, namun bisa dikatakan tidak ada yang penuh jemaah nya. Boleh tuan berpindah pindah tempat solat dari waktu ke waktu membuktikan benar tidak tulisan saya. Wisata halal adalah berpadunya sarana dan prasarana di tempat ikon wisata berbalut agama. Semua itu Pesisir Selatan sudah punya, tinggal memoles dengan edukasi dan sosialisasi.
Finising Masjid Terapung nantinya jangan seperti minyak abih samba ndak lamak, uang sudah banyak digelontorkan sementara yang diharapkan tidak didapat.Â
Alangkah baiknya difokuskan pada kebersihan area pariwisata, pengaturan kontribusi dan lain sebagainya. Rancak di Labuah begitu seorang Rusma Yul Anwar memberi satire terhadap kebijakan mubazir tersebut. Di pelupuk mata masih banyak rakyat yang untuk biaya pagi-sore mendapatkan begitu payah, hilangkan lah sedikit ego, pandanglah masyarakat dengan pandangan sayang.