Mohon tunggu...
IR WANDI
IR WANDI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang menang akan dicari yang kalah punya kawan sejati

Yang menang akan dicari yang kalah punya kawan sejati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Induk Semang yang Mulai Gamang

7 Oktober 2020   21:39 Diperbarui: 8 Oktober 2020   06:33 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari belakangan ada goresan-goresan harapan dan penyesalan  ditujukan pada Rusma yul Anwar yang akan menjadi Bupati Pesisir Selatan. Kalimat itu berbunyi Rusma Yul Anwar jika pandai "berinduk semang" 2 periode bisa jadi wakil dan 2 periode jadi bupati. 

Begitu ringan katanya membuat hal itu, begitu berat rupanya melepas Pak An ( panggilan akrab Rusma Yul Anwar di masyarakat Pesisir Selatan ). Cukup singkat dan melebar terasa uraiannya kenapa terjadi,  yang dibumbui dengan ketidak yakinannya terhadap pernyataan sendiri.

Belum cukupkah "menepuk dada" ke periode selanjutnya? Kalau cukup, gasnya jangan terlalu dipaksakan sehingga tunggang langgang lintang pukang. Sedangkan Rusma Yul Anwar, yang bersangkutan tenang-tenang saja. 

Hari-harinya penuh silaturrahmi sambil memuhasabah diri. Baginya semua ada saatnya, ada saat jadi wakil ada saat jadi kepala. Bila tuah ada di badan pasir digenggam jadi permata. Bukan sombong, kalau sombong mana mau beliau jadi wakil, sedangkan orang Pesisir Selatan sebagian besar tahunya Cuma Pak An atau Pak Guru.

Gamang, ya itulah kira-kira, sebab Rusma Yul Anwar memang tidak tepat jadi wakil, cocoknya jadi kepala. Sekarang tentu tidak akan bisa menumpang tuah lagi, didengungkanlah berbagai cara. Masyarakat sudah sangat cerdas, pepatah dek rancak kilek loyang datang intan disangko kilek kaco kelihatannya tidak mangkus lagi. Psikologi orang gugup begitu jelas membayangnya, maka dekat-dekati sajalah tuanku atau  buya.

Pandangannya mungkin .dengan mendekati buya akan memberi suntikan suara datang dari jemaahnya. Betul, profesi buya sangat dihormati masyarakat. Namun yang harus diperhatikan, masyarakat akan menghormati buya yang berdakwah apa adanya, hujan badai akan dilewati demi menyampaikan sepatah dua patah kaji. 

Buya tidak ada musim-musimnya. Di kubu Rusma Yul Anwar kalau untuk buya dan ulama beratus banyaknya. Buya yang menyampaikan kaji lillahi ta'ala, yang menjaga alif agar tidak bengkok seperti hamzah. Menyampaikan kajinya juga apa adanya, tidak perlu diliput kamera. Sebab masjid dan mushala adalah tempat bermunajat kepada Nya, bukan tempat untuk mencari suara.

Gamang, dikira Rusma Yul Anwar sudah jatuh, rupanya jatuah asok. Bagi Pak An perterang saja suluh ditangan jangan matikan suluh orang, dalam sulik tuan batenggang di situ bamain aka budi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun