Mohon tunggu...
Irwan E. Siregar
Irwan E. Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Bebas Berkreasi

Wartawan freelance, pemerhati sosial dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mempersoalkan Nama Nyai Ahmad Dahlan

5 Mei 2023   10:49 Diperbarui: 5 Mei 2023   11:21 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: klubwanita.com)

SIAPA tak kenal Muhammadiyah? Organisasi keagamaan ini sering jadi bahan pembicaraan. Terutama menjelang penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal.

Dengan menggunakan metode hisab, Ramadhan dihitung secara astronomis dan matematis dari peredaran matahari sepanjang masa. Berbeda dengan rukyat yang menentukan awal puasa dengan melihat bulan.

Kedua metoda ini memiliki kebenaran. Namun seringkali menimbulkan kontroversi karena menyangkut masalah halal dan haramnya ibadah puasa. Wajar jika sampai ada peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang uring-uringan dan mengancam akan menghabisi semua warga Muhammadiyah. Pengancam tersebut sudah ditangkap polisi.

Muhammadiyah memang terlalu besar untuk dipersekusi atau jadi ajang mainan. Lembaga keagamaan ini telah menjadi aset nasional karena sukses mendirikan rumahsakit, sekolah, dan perguruan tinggi di seluruh penjuru tanahair.

Dengan moto: "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dari Muhammadiyah", organisasi ini terbilang memiliki manajemen yang cukup bersih. Nyaris tak terdengar ada pengurusnya yang berurusan dengan pengadilan karena korupsi atau menyalahgunakan aset organisasi. Wajar jika kekayaan Muhammadiyah disebut-sebut sampai mencapai ribuan triliun rupiah.

Berpusat di Yogyakarta menjadikan kota ini menjadi terasa Islami. Terutama di sekitaran Kraton Yogyakarta yang dikenal dengan kawasan Kauman. Yakni tempat berkumpulnya kalangan keagamaan.

Pada masa Orde Baru, gang-gang di Kauman sudah ditutup pukul sepuluh malam. Sepedamotor yang masuk gang harus dituntun. Tidak boleh dinaiki, baik saat siang maupun malam.

Untuk penghargaan kepada pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan, pemerintah menjadikan namanya di depan kantor pusat Muhammadiyah. Tak hanya itu, isterinya yang juga berperan dalam dakwah, namanya dijadikan sebagai nama salah satu ruas jalan di Kauman.

Namun, boleh jadi nama jalan itu tidak lebih dulu dikonsultasikan dengan Muhammadiyah, khususnya Majelis Tarjih yang mengurusi masalah keagamaan. Soalnya, nama jalan itu adalah jalan Nyai Ahmad Dahlan. Padahal dalam Islam, nama seorang istri tidak boleh mengikuti nama suami.

Tanpa mengurangi peran istri Kyai Ahmad Dahlan dalam berdakwah dan memperjuangkan emansipasi kaum perempuan, seharusnya nama aslinya, Siti Walidah, yang dicantumkan sebagai nama jalan.

Kepada pemimpin pusat Muhammadiyah, diharapkan bisa meluruskan kekeliruan yang selama ini sudah berlangsung. Selain tjdak sesuai dengan ajaran Islam, juga untuk menunjukkan bahwa ketenaran nama Siti Walidah bukan hanya karena mendompleng nama besar suaminya. Semoga. (irwan e siregar)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun