Mohon tunggu...
Irwan E. Siregar
Irwan E. Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Bebas Berkreasi

Wartawan freelance, pemerhati sosial dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketua

18 Februari 2023   08:47 Diperbarui: 18 Februari 2023   08:50 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

DI Medan ketua sering diidentikkan orang dengan kepala preman. Asal berjumpa dengan orang di mana-mana, orang langsung angkat tangan seraya berkata: "Ketua."

Membanggakan, memang. Orang-orang menghargainya bagai seorang pemimpin yang kharismatik. Namun, setiap ada yang menyapa "ketua" di jalanan, maka terpaksa harus mengeluarkan uang limpul atau lima puluh ribu rupiah. Kalau jumpa orang yang mengaku-ngaku sebagai anggota sebanyak 50 orang, "Bisa-bisa pulang tinggal kolor," kata youtuber jackindia75, yang dalam parodinya menjadi ketua preman.

Kendati selalu dipalak anggota, ternyata tetap banyak orang yang berambisi jadi ketua. Bahkan ada yang melakukan berbagai trik agar terpilih. Maklumlah, selain menaikkan gengsi atau status, bisa juga jadi jalan untuk mendapatkan dana jika pintar-pintar bermain.

Isu terhangat tentang ketua saat ini adalah pemilihan ketua Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Tak sedikit figur ternama yang nampaknya tergiur untuk menjadi ketua. Padahal, seperti diucapkan Nurdin Halid, PSSI itu seperti memasuki gua yang dalamnya tidak jelas. Ada anjing gila, ada singa, ada macan," katanya menasehati Erik Tohir, yang kemarin terpilih sebagai Ketua Umum PSSI yang baru.

Banyak yang menaruh harapan ketua baru akan bisa memperbaiki persepakbolaan kita yang hingga kini belum mendapatkan prestasi yang gemilang. Karena itu diharapkan dedikasi sepenuhnya dari para pengurus baru untuk mengangkat dunia persepakbolaan di tanahair.

Ketua yang bagus tentu tak boleh setengah-tengah mengangani organisasi ini. Harus total football, meminjam istilah persepakbolaan. Karena itu, sebenarnya untuk menjadi ketua harus memiliki waktu yang cukup untuk organisasi yang dipimpinnya. Memiliki dana yang berlebih. Karena yang dihadapi tak lagi hanya anggota yang jika bertemu harus keluar uang Limpul. Persepabolaan kita membutuhkan dana yang banyak. Maka diharapkan ketua pandai menjaring dana untuk keperluan organisasi -- bukan untuk masuk saku sendiri.

Kita berharap Erik Tohir yang pernah memiliki klub sepakbola DC United di Amerika Serikat, dan inter Milan di Eropa, akan mampu membawa PSSI ke jenjang persepakbolaan dunia. Memang ini masih membutuhkan proses panjang, kecuali Erik bertindak 'gila' dengan membeli semua pemain terbaik dunia.

Erik juga harus menyadari kedudukannya sekarang sebagai Menteri BUMN membutuhkan waktu yang banyak. Apalagi sebagian BUMN masih belum menguntungkan, bahkan boleh dikatakan dalam
keadaan terpuruk.  

Agaknya sudah menjadi kodrat manusia berambisi menjadi pemimpin. Setidaknya dalam posisi yang paling bawah menjadi pemimpin dalam rumahtangga. Namun, seperti dikatakan kitab suci, kalau yang memimpin itu bukan ahlinya, tunggulah kehancurannya.

Tak hanya di persepabolaan, di bidang lain pun dibutuhkan pemimpin yang profesional. Juga mempunyai waktu yang cukup untuk menjalankan organisasi. Tidak setengah-setengah.

Memang banyak figur yang mampu menangani berbagai bidang sekaligus. Dan semuanya berhasil. Namun, di dunia ini kan bukan milik seorang saja. Masih banyak lagi figur-figur yang bisa diberikan tanggungjawab untuk mengerjakannya. (irwan e siregar)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun