Mohon tunggu...
Irwan E. Siregar
Irwan E. Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Bebas Berkreasi

Wartawan freelance, pemerhati sosial dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun 1950-an Orang Batak Mulai Jadi Perantau

31 Januari 2023   17:57 Diperbarui: 23 Februari 2023   23:38 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah adat Batak. (Foto: Gramedia.com)

ORANG Batak dikenal sebagai perantau ulung. Di mana saja pun di belahan dunia dapat ditemukan orang yang memakai marga di belakang namanya ini.

Memang, dalam kehidupannya orang Batak punya falsafah: "Ndang marimbar tano hamateon." Artinya harfiahnya tidak berbeda tanah kematian. Bagi orang Batak, tidak apa-apa mati di mana saja pun. Meskipun, kemudian banyak yang membawa pulang mayat keluarganya ke tanah leluhur di kampung halaman.

Apakah merantau merupakan budaya orang Batak? Khususnya yang menetap di kawasan Tapanuli Utara, yang sering dijuluki dengan Batak Toba. Mungkin hal ini masih bisa diperdebatkan lagi.

Sebab, jika diperhatikan pola perkampungan di kota Medan, Pematangsiantar, dan kawasan lainnya di Sumatera Timur, perkampungan orang Batak umumnya terletak di pinggiran. Di kawasan elit kebanyakan dihuni perantau dari Tapanuli Selatan, yang sering disebut orang Mandailing/Angkola, dan para pendatang lainnya. Meskipun sekarang sudah banyak orang Batak Toba yang pindah bermukim di kawasan elit itu. Seperti di kawasan Polonia dan Medan Baru di Medan, dan Timbanggalung di Siantar.

Secara logika ini menunjukkan bahwa Orang Batak Toba lebih belakangan datang, sehingga mendapatkan tempat bermukim lebih di pinggir kota. Padahal, ketika orang Mandailing/Angkola pergi merantau ke Deli (nama lain dari Sumatera Timur) mereka melewati tanah Batak. Baik dari jalur Sipirok, maupun dari Sibolga.

Mengapa Orang Batak Toba tidak tertarik untuk ikut merantau ke tanah harapan di Deli? Boleh jadi karena mereka masih nyaman di kampung halaman karena semua sumber kehidupan masih mencukupi. Terbukti orang Batak memang jarang berpindah kampung. Kecuali ada sebagian yang pindah ke Dairi/Pakpak dan Aceh Tenggara. Di sana mereka membuat marga baru.

Orang Batak yang banyak membuat kerajaan (kampung) mungkin hanya yang bermarga Siregar. Di utara mereka membuka kampung Muara di tepi Danau Toba, dan di Lobu Siregar (Siborong-borong). Di Batang Toru (Tapanuli Tengah), di Sipirok (Tapanuli Selatan, dan di Gunungtua (Padanglawas).

Pola merantau orang Batak secara besar-besaran diperkirakan dimulai pada 1950-an, saat maraknya pemberontakan PRRI di Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Karena kehidupan yang tidak nyaman dan membahayakan, seperti 'bedol desa' mereka pun beramai-ramai pindah ke Deli. Di Siantar mereka membuka kampung di kawasan yang kini menjadi bernama Kampung Kristen yang dulu masih di pinggiran kota. Kemudian gelombang berikutnya ke Parluasan dan BDB. Di Medan dan kawasan lainnya pun mereka mendapatkan lahan di pinggir kota.

Dari pemaparan ini mungkin para antropolog dan sejarahwan bisa mengkajinya secara ilmiah. Sebab ini hanya kajian secara logika saja. (irwan e siregar)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun