Mohon tunggu...
Irwan E. Siregar
Irwan E. Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Bebas Berkreasi

Wartawan freelance, pemerhati sosial dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Malu Pakai Kain Sarung

20 Januari 2023   16:57 Diperbarui: 21 Januari 2023   11:41 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain bola pakai sarung. (Antara Foto)

SETIAP Jumat masih banyak jamaah yang mengenakan kain sarung saat beribadah di masjid. Beraneka warna dan corak yang dipakai, sehingga membuat masjid semarak dengan warna-warni sarung.

Uniknya, sekarang lagi tren pula memakai sarung yang kelihatan mereknya di bagian bawah. Padahal, boleh dikatakan semua sarung sama gengsinya. Mau pakai cap Gajah Duduk, Wadimor, dan merek lainnya sama saja. Para pemakainya juga bukan mendapat sponsor dari pabrik kain.

Masih banyak yang menganggap sarung identik dengan umat Islam. Karena sejak dulu hingga kini sarung menjadi salah satu perangkat sholat. Zaman dulu sampai ada julukan 'kaum sarungan' untuk kalangan pesantren. Entah sekarang, santri masih pakai sarung sudah berganti dengan gamis. Tapi, seandainya pun sudah bergamis, banyak juga yang tetap juga pakai sarung di bagian dalam. Mungkin tak afdol rasanya kalau tidak bersarung.

Tapi, benarkah sarung identik dengan umat Islam? Rasanya tidak juga. Di Mekah dan Madinah tak ada orang Arab mengenakan sarung. Ada yang bilang, mereka pakai sarung saat berhubungan dengan istri. Entahlah.

Saat hendak pulang dari haji, di bandara Jedah para pekerja minta kain sarung dari jamaah Indonesia. Padahal dari posturnya mereka seperti berasal dari kawasan India yang terkenal dengan sarung Madras.

Kain sarung juga tak bisa diklaim sebagai busana Muslim. Orang Burma yang mayoritas nonmuslim justru menjadikan sarung sebagai pakaian sehari-hari. Mereka yang jadi buruh bangunan di Singapura bekerja pakai sarung.

Begitu pula orang Batak yang mayoritas nonmuslim. Kain sarung merupakan perangkat pakaian adat. Bagi kaum pria, dalam acara adat sarung dilipat bagus dan diletakkan di leher. Sarung yang ditenun sendiri diberi nama Mandar. Tidak jelas apakah ini ada kaitannya dengan daerah Mandar di Sulawesi yang terkenal dengan tenunan sarungnya.

Yang jelas sarung bukan pakaian murahan. Presiden Jokowi pernah menghadiri acara dengan mengenakan sarung. Pak Harto pernah terlihat pakai sarung saat Hari Raya. Begitu pula dengan Presiden Habibie. Jadi, jangan malu pakai sarung. (Irwan E. Siregar)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun