Mohon tunggu...
Irwan E. Siregar
Irwan E. Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Bebas Berkreasi

Wartawan freelance, pemerhati sosial dan kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Berharap Tiga Taman Nasional di Riau Segera jadi Paru-paru Dunia

6 Januari 2022   09:38 Diperbarui: 6 Januari 2022   09:49 1836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan hutan yang masih tersisa di Taman Nasional Bukit Tigapuluh. (Foto: Irwan E. Siregar)

BAK mendapat anugerah istimewa. Riau memiliki tiga taman nasional. Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) di Kabupaten Indragirihulu dan sedikit di Provinsi Jambi, Taman Nasional Teso Nilo (TNTN) di Pelalawan, dan Taman Nasional Zamrud (TNZ) di Siak.

Ketiga taman nasional ini memiliki flora dan fauna yang beragam dan sebagian di antaranya termasuk yang dilindungi. Seperti gajah, harimau Sumatera, badak, beruang, dan aneka satwa lainnya. 

Tumbuhannya pun beranekaragam. Mulai dari tanaman besar seperti kulim, meranti, dan hampir semua jenis kayu yang terdapat di hutan Sumatera. Bahkan sejenis raflesia atau bunga bangkai yang langka masih terdapat di TNBT.

Tak pelak lagi warga sedunia pun menaruh harapan yang demikian besar bagi kelestarian ketiga taman nasional ini. Sebab kini sudah bisa dihitung dengan jari kawasan hutan yang bisa dihandalkan sebagai paru-paru dunia.

Sayangnya, harapan besar itu nampaknya belum bisa sepenuhnya terwujudkan dari ketiga taman nasional ini. Maklum, saat dinyatakan pemerintah sebagai taman nasional, kondisinya nyaris sudah tidak lagi berupa kawasan hutan alami, seperti yang dibayangkan orang.

Lihat, misalnya, TNBT yang telah lama disyahkan sebagai taman nasional. Ketika masuk dari simpang  jalan lintas timur Sumatera di jalur Riau - Jambi, suasana akan menuju ke taman nasional tak begitu terasa menggoda. 

Pepohonan besar hanya satu dua terlihat di pinggir jalan. Monyet dan orang hutan yang biasa bergantungan di dahan seakan malu-malu menunjukkan wajah.

Sesekali berpapasan dengan penduduk asli yang baru pulang dari hutan mencari buah rotan. Buah ini nanti mereka jemur untuk diambil minyaknya. "Harga minyaknya mahal, sampai dua juta per liter," kata Sidabutar, petugas polisi khusus kehutanan, yang mengemudikan salah satu mobil rombongan Wartawan Peduli Taman Nasional PWI Riau yang berkunjung ke sana, 6 sampai 7 Agustus 2021 lalu.

Di Kemp Granit yang jadi tempat persinggahan, nampak menghampar  Bukit Lancang yang hanya berjarak sepelemparan batu nun di seberang. Suasana di sana terasa hening. Bebukitan yang menghijau dengan pepohonan besar hanya mirip torehan lukisan di kanvas. Indah, tapi tanpa gairah. 

Tiada terdengar jerit canda satwa menyambut keceriaan pagi. Kicau burung cuma lamat-lamat terdengar di sedikit kerimbunan pohon yang tersisa. Saat malam tiba, jangkrik pun seperti enggan bersenandung, meski suara auman harimau tak kunjung menggelegar menunjukkan keperkasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun