Mohon tunggu...
Vinofiyo
Vinofiyo Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh negara

Pria

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tak Ada Kalah Menang di Rumah Tangga

28 Februari 2020   12:20 Diperbarui: 28 Februari 2020   12:22 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Isteri saya sering merasa geli saat ia berkata bahwa rumah tangga kami jadi " percontohan" bagi para tetangga. Di setiap komplek yang kami tempati (karena saya sering pindah tugas), isteri saya sering mendapatkan pertanyaan dar ibu-ibu tetangga soal rumah tangga kami selalu adem, tentram dan tidak pernah terdengar ada pertengkaran. Saya juga ikut geli. Bagaimana tidak ? Siapa bilang rumah tangga kami selalu aman dan tentram. Para tetangga itu kebetulan saja tidak tahu. 

Ya, kami juga sering bertengkar. Tapi tidak seperti beberapa pasangan lain yang jika bertengkar terdengar bergemuruh hingga ke rumah saya dan rumah-rumah yang lain. 

Pernah juga ada pertengkaran yang  menggelegar dan mengundang perhatian penghuni sekomplek karena menampilkan adegan si isteri melemparkan semua pakaian dan barang-barang suami ke halaman disertai teriakan makian dan pengusiran. Usut punya usut ternyata masalahnya sepele, Masya Allah.

Kami memulai berumah tangga dengan masa penjajakan yang singkat kendati tidak dijodohkan. Namun saat akan ijab kabul, niat hati saya adalah ini adalah satu-satunya pernikahan yang akan saya jalani. Berat memang menyesuaikan diri di awal pernikahan dan pertengkaran kadang terjadi baik karena masalah sepele maupun yang rumit. 

Namun kami tidak pernah bertengkar karena masalah cemburu atau perselingkuhan. Isteri percaya saya dan tidak akan pernah cemburu dan saya juga akan memegang kepercayaannya, begitu juga sebaliknya. 

Karena itulah ia tidak akan marah jika saya terlambat pulang walaupun saya mengatakan keterlambatan saya karena ketemu dengan mantan atau dari rumah isteri saya yang lain. Ia tidak akan marah karena tahu saya hanya bercanda dan saya juga mengatakannya tanpa merasa berdosa karena memang saya tidak melakukannya.

Pertengkaran itu adalah bumbu rumah tangga. Rumah tangga tanpa pertengkaran ibarat sayur tanpa garam, rendang tanpa cabe dan saksang tanpa andaliman (?), sehingga rasanya tidak akan nendang. 

Pertengkaran adalah pelepasan emosi dan pelampiasan ego. Umpama sebuah waduk maka ia perlu saluran untuk melepaskan kelebihan volume air supaya tidak meluber kemana-mana ataupun menyebabkan bendungannya pecah dan menimbulkan air bah. 

Pertengkaran dalam rumah tangga adalah komunikasi dalam bentuk lain (selain komunikasi dalam kata-kata mesra) antara suami isteri dan tidak akan menimbulkan masalah (sepanjang bukan urusan pelakor atau pebinor). Karena itulah kami tidak mau bertengkar dengan suara keras apalagi saling memaki dan menghina. 

Pertengkaran cukup diwujudkan dalam bentuk kata-kata tegas (bukan keras), rasa tidak suka dan wajah yang sama-sama tidak enak untuk dilihat serta tidak perlu diketahui anak-anak maupun tetangga. Tapi pertengkaran kami tidak akan lama, paling hanya beberapa menit karena adanya pemahaman bahwa masalah tidak akan selesai saat itu juga. 

Saat emosi memuncak, saatnya mengakhiri dengan saling diam, mungkin sejam  dua jam  beberapa jam atau  mungkin satu hari tapi tak pernah lebih dari dua hari. Ada anak- anak yang harus diurus dan sungguh kami tidak mau mereka kena imbasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun