Mohon tunggu...
Good Words
Good Words Mohon Tunggu... Penulis - Put Right Man on the Right Place

Pemerhati Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Dekade Mavi Marmara dan Tragedi Kemanusiaan yang Tak Kunjung Usai

31 Mei 2020   08:17 Diperbarui: 31 Mei 2020   08:35 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

31 Mei 2010, tepat sepuluh tahun lalu luka yang tak terperi di kapal Mavi Marmara, dan sekarang kepedihan atas ketakberdayaan George Floyd juga mengguncang dunia. Mereka yang lemah selalu menjadi korban atas keangkuhan mereka yang bertugas meanggunakan uang pajak rakyat. 

Kemanusiaan adalah alasan semua manusia berhak mendapatkan perlakukan paling layak sebagai manusia. Tak ada yang paling berhak untuk tinggal di muka bumi, semuanya berhak memiliki ruang dan udara untuk sama-sama hidup berdampingan. Inilah kemanusiaan kita, setelah Mavi Marmara sepuluh tahun lalu, kini giliran Geroge Floyd dan dunia kembali ikut merasakan kepedihannya.

Tak terbayangkan menjadi seorang jurnalis bahwa ia akan terus menjadi saksi hidup ketidakadilan dan kekejaman manusia yang dengan gamblanya terjadi di depan mata kepala. 

Dialah Jamal Elshayyal, jurnalis senior Al Jazeera, tepat sepuluh tahun lalu 31 Mei 2010 dan ia menganggapnya sebagai malam yang tak akan pernah ia lupakan sepanjang hidup sekaligus yang paling menguatkan hati untuk tetap meneruskan misi dan visi inti menjadi seorang jurnalis. 

Sepuluh tahun berlalu ternyata ketidakadilan masing belum mereda dan tak kunjung usai bahkan semakin menjadi-jadi di tengah pandemi ini. Empati seakan buta dan tak mampu membedakan situasi krisis yang dapat merenggut banyak jiwa.

Penghujung Malam Mencekam di Laut Mediterania
Jamal Elshayyal bercerita bahwa ia berada di atas kapal Mavi Marmara, kapal utama yang membawa misi kemanusiaan yang dianggap ilegal oleh Israel. Lebih dari dari 600 aktivis kemanusiaan, politisi, dan dokter dari 40 negara meninggalkan keluarga dan apapun yang mereka cintai, berlayar mengarungi samudera membawa inkubator bayi dan obat-obatan dengan tujuan menyelamatkan rakyat Gaza.

Sebelumnya, Israel telah berkali kali berusaha menggagalkan rencana misi kemanusiaan dengan berbagai cara. Bahkan dengan berapapun biaya mereka akan menghentikan misi penyelamatan Gaza seperti yang liumumkan oleh menteri luar negeri Israel kala itu Avigdor Lieberman.
Sekitar jam 4 pagi pada tanggal 31 Mei 2010, kami mendapat jawaban. 

Meskipun para aktivis perdamaian berada di perairan internasional, tetapi pasukan komando Israel menggunakan helikopter dan speed boat mereka tetap menyerang tim kemanusiaan secara brutal. 

Di tengah banyak orang-orang yang sedang memohon dalam do'anya, mereka di serang dengan ledakan, gas air mata, dan peluru yang memanuhi udara dan atap mavi marmara. Sekejap, malam yang tenang berubah menjadi subuh yang mematikan.

Delapan warga negara Turki dan seorang berkewarganegaraan Amerika-Turki di tembak hingga tewas, dan seorang warga negra Turki lainnya kemudian meninggal karena luka-luka. Sementara puluhan lainnya banyak yang luka-luka. 

Bagi seorang jurnalis, cerita tersebut tetap menjadi kisah yang besar mengingat secara langsung melihat seseorang menembak rekan sesama jurnalis ditembak dan tewas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun