Mohon tunggu...
Good Words
Good Words Mohon Tunggu... Penulis - Put Right Man on the Right Place

Pemerhati Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Giliran Trump Versus Twitter Soal Kematian Floyd

30 Mei 2020   13:06 Diperbarui: 30 Mei 2020   13:01 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untuk pertama kalinya twitter menandai ciutan trump terkait kematian George Floyd di Minneapolis, Amerika Serikat, dengan tuduhan penyebaran ujaran kekerasan dengan kalimat "When the looting starts, the shooting starts" yang berarti "Saat terjadi penjarahan, maka penembakan dimulai" .

Tweet inilah yang disebut-sebut menjadi pemicu pembunuhan George Floyd dengan kejam. Dan Twitter langsung menandai tweet tersebut sebagai ujaran kekerasan yang tak dapat ditolerir.

Ciutan twitter tersebut ditulis Trump saat terjadi protes dan penjarahan di Minneapolis. Kalimat tersebut rupanya pernah digunakan pada bulan Desember tahun 1967 yang dilontarkan oleh Kepala Polisi Miami, Walter Headley.

Saat itu Headley sedang berdiskusi untuk mengurangi tindak kejahatan di kota Florida dan secara khusus kalimat tersebut untuk seorang pria negro.

Rupanya trump mengaku tidak mengetahui sejarah kalimat tersebut dan ia hanya terbiasa mendengarkan sejak lama tanpa tahu asal usul kalimat tersebut. Dengan alasan peraturan twitter untuk tidak menebar ajakan kekerasan, ciutan trump akhirnya diberi tanda atau "flag" walaupun ciutan tersebut masih dapat diakses.

Sebelumnya Trump mengkritik pemerintah Minneapollis yang dianggapnya tidak bisa meredam kekisruhan yang dianggapnya sangat lemah dalam mengendalikan keributan kota. Bahkan ia mengancam akan menurunkan kekuatan nasional untuk menenangkan aksi protes.

Trump menilai jika kota tak dapat dikendalikan ketika terjadi kerusuhan dan penjarahan, maka tentara dapat menggunakan senjatanya untuk menangani protes. Hal ini lah yang dianggap twitter sebagai ujaran mendukung aksi kekerasan.

Seperti diketahui, George Floyd merupakan pria berkulit hitam, meninggal setelah seorang petugas yang bernama Derek Chauvin yang terekam video sedang menginjak leher Floyd menggunakan lututnya kurang lebih selama tujuh menit.

Derek Chauvin telah ditangkap dan didakwa kasus pembunuhan dan Trump sangat murka dan memahami bahwa ini sangat menyakiti kemanusiaan. Atas kejadian tersebut Departemen Kehakiman Amerika Serikat menjadikan kasus Floyd sebagai prioritas dan berharap bisa menenangkan masyarakat yang sudah terlanjur marah.

Kenyataannya sikap Departemen Kehakiman AS tersebut tak mampu membendung kemarahan warga yang sudah mulai tak terkendali dan memicu pembakaran gedung polisi di Minneapolis oleh warga setempat. Akhirnya Gubernur Tim Walz menandatangai perintah eksekutif untuk mengatifkan Minnesota National Guard.

Twitter menilai dalam kondisi yang tidak stabil, ujuran yang mengarah kepada kekerasan akan menimbulkan tindakan kekerasan yang lebih luas seperti yang terjadi di beberapa negara timur tengah. Media sosial dianggap menjadi pemicu gerakan yang lebih luas untuk menimbulkan sutuasi yang tidak kondusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun