Mohon tunggu...
Irvan Fatchurrohman
Irvan Fatchurrohman Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Amor Fati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rendra dan Teater

15 Desember 2021   19:17 Diperbarui: 15 Desember 2021   19:19 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rendra dan Teater

Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk mengekspresikan keindahan, sehingga nilai dari sebuah keindahan memiliki sudut pandang yang berbeda. Hal ini pula yang memberikan kreatifitas bagi seseorang untuk bisa menghasilkan karya yang berkonotasi pada nilai keindahan itu sendiri. Pola pikir dari hasil imajinasi serta perenungan seseorang dapat diimplementasikan dengan berbagai bentuk seni yang ada. Seni pun memiliki beragam bentuk dan karakter.

Herbert Read dalam bukunya The Meaning of Art merumuskan keindahan sebagai suatu kesatuan arti hubungan-hubungan bentuk yang terdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi. Thomas Aquinas merumuskan keindahan sebagai suatu yang menyenangkan bila dilihat. Kant secara eksplisit menitik beratkan estetika kepada teori keindahan dan seni.

Dari hal tersebut, manusia perlu adanya wadah dalam membuat sebuah karya seni yang ia inginkan, salah satunya melalui seni pertunjukkan atau teater. Teater telah lama digeluti oleh berbagai seniman bahkan telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahunnya. Termasuk di Indonesia.

Kelahiran teater modern di Indonesia tidaklah dapat dilepaskan dari konteks jamannya. Pada pergantian akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 di Hindia Belanda terjadi perubahan sosial yang sangat signifikan sebagai akibat dari pendidikan Barat yang diperkenalkan kepada kalangan pribumi.

Sebenarnya pendidikan Barat itu ibarat pisau bermata dua, maksud semula untuk mendapatkan tenaga terdidik yang dibayar murah yang diperlukan oleh pengusaha perkebunan tapi di sisi lain menghasilkan kaum intelektual yang oleh Robert van Niel disebut sebagai elit modern.

Berbagai seniman yang intens dalam mengembangkan seni pementasan dan peran dalam teater telah menghasilkan banyak karya seni pertunjukkan teater. Salah satunya Willibrordus Surendra Brata atau biasa disapa WS Rendra. Ia dikenal publik sebagai penyair yang mampu mendobrak dan mengkritik pemerintahan orde baru lewat karya seni.

Ia pun mampu menghidangkan teater kontemporer di tengah publik. Rendra pun mendirikan Bengkel Teater yang berdiri pada 1967 di Yogyakarta namun kemudian pindah ke Depok pada 1970-an. Bengkel Teater ini memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan teater di Indonesia.

Dalam wawancaranya di kanal Youtube Berita Unik, ia menceritakan rekam jejak kecintannya dalam mengembangkan seni. Saat usia belia, ia sering menonton seni pertunjukan tradisional seperti wayang kulit, ludruk, ketoprak, gambang kromong, dan lain sebaginya.

"Saya sering mengunjungi para pemain dalam pementasan meskipun tidak kenal, dan lambat laun mereka mengenal saya" ujarnya. Rendra kecil sering melihat dan menikmati segala aktifitas dalam pementasan.

Hal seperti inilah yang membuatnya semakin lebih mengetahui dinamika pementasan di Indonesia. Pengetahuannya dalam seni panggung ini semakin memacunya dalam memproduksi karya seni yang orisinil. Di bengkel teter itu ia mampu mengembangkan teater kontemporer. Di samping bengkelnya pula ia berternak dan bertani sebagai penyambung hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun