Mohon tunggu...
Irvando Damanik
Irvando Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Mari hidup Cerdas di era Industry 4.0

mari berbagi sekalipun hanya dari pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keluarga Bahagia Destinasi Impian Paling Berharga

15 Februari 2018   16:55 Diperbarui: 7 Maret 2018   10:36 1590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat hari kasih sayang kompasianer dan seluruh pembaca yang terkasih... saya mencoba berbagi sedikit bagian dari kehidupan saya khususnya setelah membina sebuah keluarga.

Suatu ketika, seorang teman bertanya kepada saya," kamu bekerja untuk apa?", jawaban saya sederhana, untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga. 

Kemudian bertanya lagi," kamu melanjutkan studi pascasarjana untuk apa?", sejenak saya berpikir dan jawabannya tidak jauh dari yang pertama untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik demi kebahagiaan keluarga saya. 

Kemudian dia mengakhiri dengan mengatakan," berarti hampir 2/3 dari kehidupanmu dan apa yang kamu lakukan adalah untuk keluarga?", dan saya menjawab singkat,"ya, begitulah adanya".

Sungguhkah demikian adanya para pembaca sekalian?  sadar atau tidak , saya percaya kita semua akan setuju bahwa setiap yang kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari pasti itu ada hubungannya secara langsung maupun tidak untuk kebahagiaan keluarga kita, untuk keberlangsungan hidup keluarga yang kita bina. Apalagi saat sekarang dimana hidup terasa semakin berat baik dari segi ekonomi maupun aspek lainnya.

Berbagai macam pengalaman yang dibagikan oleh teman-teman, menggambarkan bagaimana perjuangan mereka dalam bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga mereka masing-masing. Hal ini terkhusus bagi teman-teman saya yang menetap di Ibukota (Jakarta), bercerita bagaimana kegiatan mereka sehari-hari mulai  berangkat subuh untuk bekerja, saat anak-anak mereka masih terlelap dan sekembalinya dari pekerjaan mereka mendapatkan buah hati mereka sudah tidur terlelap. 

Hal demikian sudah sering mereka alami, bahkan sudah menjadi pemandangan yang biasa kepada rekan-rekan di Ibukota. Miris bukan saudara-saudara? Memang kebahagiaan itu tidak bisa diukur dengan seberapa lamanya waktu yang kita habiskan dengan mereka, tapi lebih tidak masuk akal lagi jika tidak ada waktu yang kita habiskan bersama mereka..

Pada tahun 2012 , saya dan istri membuat keputusan yang tidak populer di kalangan pasangan suami-istri muda saat itu ketika kami pada akhirnya memutuskan untuk menetap di kota Bandung dibanding tinggal di Jakarta dan satu-satunya alasannya adalah demi kebahagiaan dan keutuhan dalam membina keluarga. 

Saat itu, istri saya bekerja sebagai PNS di Salah satu Dirjen Kementerian Perindustrian-RI di Jakarta dan saya bekerja di Bandung. Singkat cerita, setelah melalui berbagai pertimbangan dan pergumulan kamipun memutuskan untuk menetap di Bandung disaat anak pertama kami berusia 7 bulan di kandungan ibunya. 

Kini,  tujuh tahun setelah menjalani bahtera rumah tangga, kami sudah dikaruniai sepasang anak yang lucu (putra dan putri) dan tak terasa saat ini usia mereka sudah 5,5 tahun dan 2,5 tahun. Saya dan istri-saya selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada kedua putra-putri kami, sekalipun terkadang dibatasi ruang dan waktu. 

Namun satu hal yang kusadari akhir-akhir ini bahwa kami orangtuanya sangatlah beruntung ketika kami bisa berbagi waktu untuk menyaksikan hampir setiap inchi pertumbuhan mereka, setiap waktu yang mereka habiskan , setiap pertumbuhan yang terjadi pada mereka baik secara jasmani dan rohani, setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka baik saat mereka sehat maupun saat sakit. Saya menyadari hal itu saat ini, bahwa setiap detik waktu yang saya habiskan bersama-sama dengan anak dan istri tidak dapat ditukarkan dengan apapun.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun