Mohon tunggu...
Irvando Damanik
Irvando Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Mari hidup Cerdas di era Industry 4.0

mari berbagi sekalipun hanya dari pikiran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ibuku, Selalu Memberi Tak Harap Kembali, Bagai Sang Surya Menyinari Dunia

25 November 2020   13:57 Diperbarui: 25 November 2020   14:00 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jikalau ada pertanyaan tentang siapakah penting dalam perjalanan hidup saya? Maka saya tidak akan ragu menjawab bahwa ibu dan ayah saya merupakan sosok utama yang memberi saya segala sesuatu sedari saya lahir hingga saat ini. Mereka memberi saya pertumbuhan yang terbaik, menunjukkan saya masa depan yang indah dan mengorbankan segala sesuatunya demi menghantarkan saya pada perjalanan hidup saat ini. Sungguh luar biasa apa yang sudah mereka lakukan hingga tak ada hal apapun yang saya lakukan/berikan mampu menggantikan kebaikan mereka,

Tanpa memandang peran ayah saya yang juga sangat vital, tapi ibuku yang luar biasa yang menjadi sosok paling berpengaruh dalam perjalanan hidup saya. Tak salah jika banyak yang menganggap bahwa peran ibu lebih besar dalam menentukan masa depan anak-anak mereka, karena demikian faktanya. 

Ibu melahirkan saya bersama dengan 2 saudara perempuan saya dan merawat kami ditengah kesibukannya sebagai seorang guru di salah satu Sekolah Dasar di desa tempat saya dibesarkan. Seperti ibu pada umumnya, ia selalu ada dihampir setiap saat kehidupan kami. Selalu bangun paling awal dipagi hari untuk menyiapkan makanan, pakaian, dan segala sesuatunya di dalam keluarga hingga tidur selalu paling larut setelah seharian penuh melaksanakan kegiatan sehari-hari.

Bagi saya sosok ibu lebih dari sebagai seorang wanita yang melahirkan, memberikan kebutuhan jasmani saja. Ibu menjadi seorang guru yang tidak ada batasnya dan memberikan semua pelajaran yang bahkan tidak didapatkan di bangku sekolah formal pada umumnya.

Pendidikan awal.

(https://www.mnn.com)
(https://www.mnn.com)

Sejak dalam kandungan, Ibu saya sudah merawat saya dengan cara mengkonsumsi makanan yang bernutrisi baik untuk pertumbuhan Janin (menurut cerita beliau). Ia bahkan rela menambah variasi makanan yang tidak biasa dikonsumsi sekalipun lebih mahal dari biasanya guna menjaga pertumbuhan janin (saya) selama berada dalam kandungan.

Menurut cerita Bapak saya, Ibu juga selalu menyanyikan beberapa lagu dalam sehari sekaligus mengusap-usap perutnya yang semakin hari semakin membesar, guna memberikan stimulus pada pertumbuhan janin sesuai arahan bidan (saat itu dikampung saya tidak ada dokter karena pedalaman). Demikianlah hari demi hari yang dilalui hingga 9 bulan didalam kandungan, maka saya pun dilahirkan ke dunia dengan bantuan bidan melalui proses persalinan normal. Saya dirawat, dihangatkan oleh dekapan ibu saya setiap hari dan berhubung kami tinggal di perkampungan di lereng gunung, maka alat penghangat yang alami adalah arang yang diletakkan dibawah tempat tidur. 

Hari berganti, saya pun mulai bisa berbalik badan, duduk hingga mulai merangkak yang memungkinkan pergerakan lebih membutuhkan pengawasan lebih ketat. Ibu saya tetap ada untuk mengawasi, dan tak pernah lepas dari pandangannya setiap pergerakan yang saya lakukan, karena lengah semenit bisa berakibat fatal.

Saya mulai dipandu untuk berdiri kemudian terjatuh lagi, dipandu lagi kemudian terduduk lagi begitulah yang terjadi hari-demi hari hingga saya mampu berdiri secara mandiri. Setiap hari ibu juga memberikan saya pelajaran dasar bagaimana bertepuk tangan, bagaimana berbicara dan dinyanyikan lagu-lagu. Sembari bercanda ia menunjuk salah satu anggota tubuhnya seraya menyebutkan nama dari anggota tubuh itu. Demikianlah Pendidikan awal yang saya dapatkan didalam pertumbuhan saya saat bayi.

Pendidikan Informal di Keluarga.

(www.cekaja.com)
(www.cekaja.com)
Tahun berganti dan saya pun tumbuh menjadi anak yang sehat dan bertambah besar. Waktu yang saya lalui sebelum menginjak ke bangku sekolah dasar (saat itu belum ada TK), membentuk saya menjadi anak yang tumbuh dalam lingkungan sosial dan pergaulan yang beragam, baik itu latar belakang keluarga maupun budaya. Namun satu yang tetap saya ingat bahwa saya dibekali begitu banyak sekali ilmu kedisiplinan yang hanya saya dapatkan dari dalam keluarga terutama Ibu saya.

Ibu mengajarkan saya bagaimana untuk mulai mandi sendiri, makan sendiri hingga memulai beberapa pekerjaan kecil dirumah yang bisa saya lakukan sendiri seperti menyusun mainan setelah jam bermain selesai dan merapihkan beberapa benda dirumah. Ia juga mengajarkan dalam hal disiplin waktu seperti ketika Ia harus berangkat bekerja di pagi hari sehingga kami dibangunkan lebih awal dan ketika Ia berangkat, kamu sudah selesai mandi dan sarapan. Kami juga selalu diajarkan bagaimana menjalin hubungan dengan sesama warga dan tetangga, bagaimana harus bersikap kepada orangtua, apa hal yang bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan ketika bergaul dengan warga desa. Banyak lagi hal lain yang kami dapatkan didalam keluarga yang sangat membantu saya ketika akan melangkahkan kaki ke jenjang pendidikan formal di sekolah.

Pendidikan setelah memasuki Sekolah.

(www.alodokter.com)
(www.alodokter.com)
Saat saya mulai memasuki bangku sekolah, ada lebih banyak pengaruh lingkungan luar yang mempengaruhi setiap sendi kehidupan saya. Bagaimana rekan-rekan saya disekolah berbicara, berperilaku serta berinteraksi dengan murid lainnya tentu mencerminkan budaya maupun kebiasaan yang mereka bawa dari dalam keluarga mereka. Sejak masuk bangku sekolah dasar, waktu saya semakin banyak berinteraksi di luar rumah terlebih dalam hal Pendidikan dan mendapatkan pelajaran dari kelas ekstrakulikuler.

Namun satu hal yang saya ingat bahwa, bekal yang saya dapatkan sejak saya lahir dan dibesarkan didalam lingkungan keluarga, sangat membantu saya untuk beradaptasi dengan budaya dan lingkungan baru tempat saya menimba ilmu. Pengaruh kebiasaan yang diperoleh di pergaulan sekolah tidak sedikit yang bisa mempengaruhi pergaulan beberapa siswa termasuk saya. Sehingga sekalipun sudah dalam tahap mengikuti Pendidikan formal disekolah, orangtua saya terlebih Ibu selalu mendampingi saya dalam menjalankan fungsi sebagai anak didik, menanyakan perkembangan disekolah setiap harinya, hingga mulai menanyakan ke dalam masalah-masalah pribadi yang mana hal tersebut sangat jarang dilakukan oleh guru-guru disekolah saya. Keterbukaan yang ditekankan oleh Ibu saya memang menjadi suatu kebiasaan bagi saya hingga saya menempuh Pendidikan disalah satu perguruan tinggi negeri untuk menyelesaikan Pendidikan sarjana.

Kebiasaan yang mengakar didalam kehidupan kita memang membuat kita tetap pada prinsip tanpa memandang usia. Sekalipun sudah berada dilingkungan yang lebih kompleks dan sangat bervariasi, saya tetap meminta masukan dan tanggapan dari orang tua saya terlebih ibu saya tentang hal-hal yang terjadi dalam kehidupan saya hingga masalah pribadi. Kedekatan diantara kami memang membuat mereka juga tidak segan-segan menempatkan mereka sebagai teman sekaligus orang tua saya. Selalu ada ilmu tentang kehidupan yang tak pernah saya dapatkan di bangku pendidikan tetapi dengan sendirinya saya peroleh dari Bapak dan Ibu saya.

Pendidikan setelah Bekerja dan Menikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun