Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Qatar dan Gegar Budaya Massal

23 November 2022   13:47 Diperbarui: 25 November 2022   09:10 1588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duta budaya Qatar, David Beckham, saat laga Inggris vs Iran, 21 November 2022. (Sumber: Richard Sellers/Getty Images) 

Beckham pun tak keberatan dengan tag gay icon. Ia punya banyak teman di sana. Mendukung mereka juga. Mereka menganggap Beckham sebagai role model kelas wahid.

Kini, lain ceritanya. Beckham menerima kerja dari Qatar, sebuah negara yang tak menerima LGBT, dituduh memperlakukan kaum perempuan dan pekerja migran dengan tak adil.

Namun, Beckham sudah kenal Qatar sejak ia bermain di Paris Saint-Germain, pada 2013. Ia berteman dengan presiden PSG yang juga presiden Qatar Sports Investment, perusahaan negara yang membeli PSG, Nasser Al-Khelaifi.

Beckham juga bukan orang yang asing dalam hal menjadi duta sebuah produk, organisasi, dan dalam hal ini, negara. "Qatar bermimpi untuk membawa Piala Dunia ke tempat yang belum pernah didatangi sebelumnya. Tidak akan cukup untuk hanya berprestasi di lapangan hijau. Lapangan itu hanya berfungsi sebagai platform untuk berkembang lebih lanjut," kata Beckham, seperti dikutip dari The Guardian.

Namun, untuk seseorang Peter Tatchell, seorang pendukung hak asasi manusia, yang berkunjung ke Qatar sebulan sebelum Piala Dunia dimulai untuk mengadakan demo satu hari, sama sekali tak terkesan dengan kata-kata Beckham itu.

"Meski Qatar adalah negara yang seksis, homofobik, dan rasis, Beckham disebut mengatakan negara itu sempurna. Beckham pernah menjadi teman dan icon LGBT. Sekarang tidak lagi. Dia menerima uang untuk itu, mengalahkan prinsip. Tampaknya dia sudah dikendalikan oleh keserakahan," kata Tatchell.

Lalu, apakah merek Beckham akan meredup setelah ia menerima tugas dari Qatar? Sepertinya tidak. Beckham tetap mempertahankan daya tariknya selama lebih dari seperempat abad. Bukanlah yang pertama untuk Beckham bekerja untuk negara otoriter.

Pada 2013, Beckham setuju untuk menjadi duta sepak bola Cina, padahal pada saat itu, sepak bola di negara itu dibayangi dengan skandal pengaturan pertandingan dan hengkangnya para pemain tim nasional dari Super League.

Meski demikian, merek Beckham tetap berkembang. Perusahaan Beckham, DB Ventures, menyebutkan kontrak dengan Adidas, perusahaan video game Electronic Arts, jam tangan Tudor, dan scotch whisky Haig Club. Pada 2020, perusahaan itu mengumumkan keuntungan setelah pajak sebanyak 10,5 juta pound dengan penghasilan 11,3 juta pound. Sama sekali tidak buruk untuk pria berusia 47 tahun yang pensiun sebagai pesepak bola pada 2013.

Menurut Andy Milligan, penulis buku "Brand It Like Beckham", menyatakan meski sudah kaya raya, Beckham sangat membumi, rendah hati, terutama ketika berada di Asia, di mana kerendahan hati sangat dihargai.

Bisa jadi, Beckham juga tahu pepatah yang bunyinya "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung". Beckham paham bahwa di mana saja ia berada, selama ia mengikuti budaya dan kebiasaan lokal, maka ia akan baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun