Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ekspedisi Berawak ke Mars Tidak Semudah di Film "The Martian"

22 September 2022   07:31 Diperbarui: 22 September 2022   07:49 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NASA akan mengirim pesawat berawak ke Planet Mars pada dekade depan. (Sumber: Wikimedia Commons)

Semakin lama berada di luar angkasa, semakin besar mereka akan kolaps ketika kembali ke Bumi, dan semakin sulit proses yang dijalani untuk beradaptasi kembali dengan gravitasi Bumi.

Dalam hal misi ke Mars, masih ada tambahan komplikasi, yaitu adanya delay pada komunikasi antara Bumi dan Mars. Tergantung dari posisi Matahari, Bumi, dan Mars. Delay itu bisa berlangsung selama 20 menit.

Dengan adanya delay komunikasi itu, artinya astronaut harus bisa melakukan sendiri tugasnya tanpa bantuan segera dari pengendali misi di Bumi atau kru pendukung di Bumi, termasuk bantuan medis dan kondisi darurat.

Dr Van Loon menambahkan jika seorang astronaut pingsan saat keluar pertama kali dari pesawat di Mars, maka tidak ada bantuan  untuk membantu mereka. Tidak ada jaminan juga bahwa astronaut yang lain masih sehat walafiat ketika tiba di Mars.

Karena itu, harus dipastikan bahwa mereka yang dikirim ke Mars harus dalam kondisi benar-benar sehat dan bisa beradaptasi dengan medan gravitasi Mars. Mereka harus bisa melakukan tugas dengan efektif dan efisien dengan dukungan minim dalam beberapa menit pertama yang krusial.

Model yang dibuat oleh tim itu bergantung pada sebuah mesin berbasis algoritma yang memakai semua data dari astronaut yang bertugas di ekspedisi-ekspedisi di ISS dan juga misi Apollo. Sebuah simulasi dibuat untuk menghitung risiko yang berkenaan dengan ekspedisi ke Mars.

Hasil uji menunjukkan mesin itu bisa mensimulasikan perubahan penting pada hemodinamika kardiovaskular setelah perjalanan panjang di dalam pesawat luar angkasa, juga pada berbagai gravitasi yang berbeda dan berbagai kondisi fluid loading ke dalam tubuh. 

Hasilnya sangat membesarkan hati, model itu mengindikasikan bahwa para astronaut bisa bekerja setelah berbulan-bulan berada di kondisi microgravity.

Untuk jangka panjang, mereka punya rencana untuk membuat model untuk mensimulasikan pengaruh pada perjalanan panjang di luar angkasa untuk orang-orang yang tak sehat, mereka yang memiliki penyakit jantung (dengan kata lain, orang-orang sipil yang tak pernah dilatih sebagai astronaut).

Mereka berharap model tersebut bisa menggambarkan secara gamblang apa yang akan terjadi pada “orang biasa” saat dikirim ke luar angkasa. Selanjutnya, usia juga akan dimasukkan dalam perhitungan. Sebab, sejauh ini banyak orang yang tergolong lansia yang sudah dikirim ke luar angkasa, seperti aktor William Shatner, pemeran James Kirk di serial Star Trek, atau Richard Branson, orang kaya Inggris pemilik Virgin.

Tapi, ya mungkin prosesnya masih lama dalam hal membuat perhitungan untuk orang-orang sipil. Mungkin harus diperhitungkan juga kemungkinan untuk menanam kentang atau tanaman lain di Mars.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun