Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menjadi Paranoid Kelar Pandemi Covid-19 atau Hanya Waspada?

16 September 2022   12:30 Diperbarui: 19 September 2022   13:31 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selama pandemi dan setelahnya, masker tetap dipakai. (Sumber: Engin Akyurt/Unsplash)

Rasanya menjadi paranoid untuk keluar rumah. Kalau harus belanja, misalnya ke supermarket, masker tak lupa. Lalu, pilih supermarket yang paling dekat lokasinya dengan rumah. Ada satu yang dekat sekali, cukup naik bajaj tidak lebih dari 5 menit.

Belanja pun secepat kilat., Tak ada lagi yang namanya window shopping. Belanja sesuai dengan catatan. Lalu pulang. Tiba di rumah, saya langsung mandi dan keramas. Rasanya seperti segala virus dan kuman dan bakteri melekat di tubuh.

Terakhir kali saya belanja di supermarket sudah berbulan-bulan lalu. Belum ada lagi niatan untuk pergi ke supermarket. Belanja melalui marketplace saja. 

Bahkan, saya tak lagi mendatangi bank untuk ambil uang pensiun mama tiap bulan. Verifikasi cukup dilakukan melakukan video call antara mama di rumah dengan pihak bank. Beres!

Ingat dengan orang kaya raya asal Amerika bernama Howard Hughes? Dia sangat takut kuman. Sedikit-sedikit cuci tangan. 

Aktor Leonardo DiCaprio menghidupkan Howard Hughes melalui film “The Aviator” yang dirilis pada 2004. Saya tidak bisa membayangkan andai Hughes hidup pada masa pandemi Covid-19.

Nah, sekarang pun saya mirip Hughes, walau masih beda sekali, karena saya tak sekaya Hughes. Tapi, yang pasti saya juga sedikit-sedikit cuci tangan. Setelah menyentuh gagang pintu di rumah, cuci tangan. 

Keluar rumah sedikit, langsung cuci tangan saat masuk kembali. Apalagi kalau harus menerima paket. Sebisa mungkin paket itu segera dibuka, dibereskan isinya, dan cuci tangan.

Sebelum memberi makan dan mengurus kucing, saya cuci tangan. Kelar urusan itu, saya cuci tangan lagi. Bahkan di tengah-tengah mengurus kucing, saya bisa cuci tangan dua atau tiga kali.

Saking seringnya cuci tangan, sampai-sampai kulit tangan saya sangat kering, gara-gara kulit selalu digerus dengan sabun. Yang namanya hand cream tak pernah jauh-jauh. Setiap kali, tangan harus dilumuri krim itu dalam jumlah banyak untuk menghindari kekeringan.

Saya tidak bisa membayangkan harus nonton sepak bola di stadion saat ini. Saya kagum dengan para penonton sepak bola, termasuk yang di Eropa sana, dengan setia mendukung tim kesayangan langsung di stadion. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun