Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Empat Tahun Tak Mengecat Rambut dan Baik-baik Saja

9 Februari 2022   08:12 Diperbarui: 9 Februari 2022   08:23 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengecat rambut. (Sumber: Filipe Miorim/Pixabay)

Mengecat rambut adalah salah satu kegiatan rutin yang saya lakukan selama lebih dari 20 tahun bekerja di sebuah tabloid olahraga. Biasanya saya melakukannya dua kali per tahun. Yang pertama pada Maret, lalu enam bulan saya akan melakukannya lagi.

Saking seringnya saya mengecat rambut, saya nyaris sudah mencoba berbagai salon untuk keperluan itu. Kalau pas punya duit lebih, saya akan mengecat rambut di salon mahal yang ada di mal-mal. Kalau duit ngepas, maka cukup ke salon seberang kantor. Hasilnya tidak kalah dengan salon mahal, kok.

Tujuan saya mengecat rambut adalah untuk menutup rambut putih alias uban. Rambut saya sudah ubanan sejak kuliah. Karena zaman kuliah belum punya duit hasil kerja sendiri, maka rambut putih saya biarkan saja. Toh belum banyak.

Setelah kerja, saya mulai mengecat rambut, itu pun setelah diberi saran oleh teman. Dicat saja rambutnya, Dee. Biar bagus. Ubannya tertutup. Demikian kata-kata itu. Saya pun menuruti.

Pertama kali mengecat rambut, saya rada gagap juga. Warna cat apa yang harus saya pilih? Apa yang harus dilakukan setelah rambut dicat? Perawatannya?

Saya memilih untuk tidak menyamai warna asli rambut saya. Warna rambut saya hitam. Sewaktu masih duduk di SMP, saya dikenal sebagai the girl with jet black hair, cewek dengan rambut hitam kelam.

Akhirnya, saya memilih warna cokelat tua. Yang penting bisa menutup uban. Saya juga disarankan oleh kapster untuk mencuci rambut menggunakan sampo khusus rambut diwarnai. Pakai conditioner juga, sebab rambut saya jadi terasa kasar setelah diwarnai.

Yang saya tidak tahu, ternyata mengecat rambut tidak mencegah uban untuk tumbuh lagi. Bego memang saya, ya. Beberapa bulan kemudian, di dekat kulit kepala, mulai tumbuh lagi rambut-rambut putih, sejalan dengan memanjangnya rambut.

Jadi, dalam satu helai itu ada dua warna. Warna rambut jauh dari akar adalah warna sesuai cat, lalu yang dekat dengan akar adalah putih. Huh, sebal sekali.

Suatu kali, saya pernah tidak potong rambut lumayan lama. Rambut saya biarkan mengenai punggung. Selama itu saya mengecat rambut beberapa kali. Alhasil, dalam satu helai rambut, ada beberapa warna yang muncul, hasil dari cat-cat itu. Ada cokelat tua, ungu tua, lalu kembali cokelat, terakhir putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun