Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perjalanan Jarak Pendek pun Dapat Menyebabkan Kantuk

7 November 2021   19:18 Diperbarui: 7 November 2021   19:21 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Orang mengantuk bisa terjadi kapan saja di luar waktu tidur normal. Bahkan ketika sedang mengendarakan mobil pun, kantuk bisa menyerang. Tidak hanya terjadi pada perjalanan jarak jauh, yang biasanya ditempuh melalui jalan tol yang lurus dan mulus, yang membuat pengemudi jadi terlena dan lantas mengantuk.

Perjalanan jarak pendek pun demikian. Perjalanan jarak pendek semisal dari rumah ke kantor atau sebaliknya. Saya sudah mengalaminya puluhan kali dan akhirnya saya menemukan cara yang lumayan ampuh agar si pengendara mobil tidak mengantuk.

Ketika masih bekerja dulu, saya terbiasa untuk pulang ke rumah menaiki taksi. Itu saya lakukan bahkan ketika saya belum menjadi karyawan tetap. Menjadi karyawan kontrak memang terbatas keuangannya, namun untuk pulang ke rumah, saya haruskan untuk naik taksi.

Penyebabnya lumayan traumatis. Ketika itu, pukul 9 malam, saya menunggu bus di halte di Jalan Tentara Pelajar, dekat kantor. Saya nanti bus bermenit-menit tak juga lewat. Saya sedang berdiri ketika sebuah mobil beemer merah berhenti di depan saya dan pengemudinya langsung mengajak saya untuk naik ke mobil. Lha memangnya saya cewek beemer apa? Saya lebih suka Volvo, thank you very much. Hahahaha...sejak itu saya tidak lagi mau naik bus kalau pulang malam-malam dari kantor selepas pukul 9 malam.

Berpuluh tahun berikutnya saya selalu naik taksi. Bahkan kadang ketika berangkat saat saya sudah terlalu siang untuk bersabar naik bus. Jadi, saya sudah hapal perilaku pengemudi taksi.

Jarak dari rumah ke kantor sekitar 13 kilometer. Tidak jauh dan bisa ditempuh melalui jalan non-tol. Saya selalu menolak setiap kali pengemudi menawarkan untuk naik ke jalan tol. Malah justru lebih macet ketimbang jalan biasa. Kalau malam, buat apa juga naik ke tol? Semua jalan sudah sepi.

Pada malam hari, setiap kali saya naik taksi, biasanya sudah pesan melalui telepon atau belakangan memakai aplikasi, saya selalu memperhatikan pengemudinya. Jika ia menyapa saya, berarti dia memperhatikan tamu yang akan diantarnya. Kalau tidak, berarti ada apa-apanya. Bisa jadi dia mengantuk.

Saya biasanya akan bertanya, giliran malam (atau istilah kalong) atau siang. Kalau malam, berarti dia baru saja mulai bekerja, meski bukan berarti tidak akan terserang kantuk. Namun, kalau dinas siang, berarti bisa jadi malam itu dia sudah seharusnya pulang dan mengantar saya dengan sisa-sisa tenaga, sebab berarti dia sudah bekerja lebih dari 24 jam.

Di jalan, saya selalu waspada. Jika pengemudi terus menggerakkan badannya tanpa tujuan, seperti misalnya selalu mengusap kepala, maka bisa jadi dia mengantuk. Itu bisa terjadi pada pengemudi dengan giliran mana pun.

Kalau sudah ada gerakan seperti itu, maka saya akan tes sedikit. Pengemudi yang mengantuk akan kehilangan kendali. Itu pasti. Bagaimana mungkin bisa waspada jika mata hanya menyala 5 watt, alias sudah setengah tertutup.

Sekali waktu, saya pernah mengalami mobil yang semakin lama semakin lambat lajunya. Selain itu, pengemudi juga mengerem terhentak-hentak. Kalau sudah begitu, maka saya akan berdeham. Jika belum mempan juga, maka saya akan ajak bicara. Bicara apa saja, yang penting bicara. Atau saya tawari permen. Biasanya saya membawa permen yang super pedas, yang membuat mata kantuk langsung melek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun