Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Maukah Saya Menjadi Atlet? Mau Saja, tapi...

4 Agustus 2021   19:40 Diperbarui: 5 Agustus 2021   02:06 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi atlet voli (Sumber: pixabay)

Saya diberi sepasang sepatu roda oleh ayah saya, lalu latihan di dalam rumah. Mondar-mandir. Jatuh entah berapa kali. Menabrak meja makan dan sebagainya.

Keesokan hari, saya sudah meluncur di jalan depan rumah dan lantas semakin jauh. Kebetulan, saat itu sedang tren sepatu roda, teman-teman saya juga memainkannya. Tiap hari, sepulang sekolah, kami sama-sama berada di jalan sekitar rumah, meluncur dengan riang.

Akan tetapi, itu tidak berlangsung lama. Saya bosan. Sepatu roda ditinggalkan. Selain itu, kami lantas pindah ke Jayapura. Jalanan di kota itu berbukit-bukit, bisa dibayangkan seperti apa bermain sepatu roda di sana.

Lalu, ketika SMP, entah mengapa, tiba-tiba almarhum bapak saya meminta saya untuk latihan tenis. Saya dibelikan raket tenis, baju latihan sih cukup celana pendek dan kaus, serta sepatu yang cocok untuk itu.

Saya berlatih di fasilitas olahraga kantor bapak saya saat itu. Lha, ternyata banyak juga yang berlatih. Pelatihnya adalah kakak teman SMP saya. Jelaslah si pelatih itu bukan Goran Ivanisevic, pelatihnya Novak Djokovic. 

Saya juga bukan the future Serena Williams. Saya hanya suka nonton tenis, tapi tidak memainkannya. Saya datang ke tempat latihan paling banyak lima kali dan setelah itu bye, bye!

Jalan panjang dilalui Apriyani Rahayu dan Greysia Polii sebelum menjadi juara di Olimpiade 2020. (Sumber: World Today News Online)
Jalan panjang dilalui Apriyani Rahayu dan Greysia Polii sebelum menjadi juara di Olimpiade 2020. (Sumber: World Today News Online)

Untung saja, bapak saya tidak pernah memasukkan saya ke SSB atau sekolah sepak bola. Soalnya saya suka sekali nonton sepak bola, tapi untuk memainkannya? Hahahaha

Setelah kerja, saya mencoba banyak hal. Bola voli, seperti yang sudah saya sebut. Saya selalu masuk dalam tim bola voli kantor setiap kali ada pekan olahraga perusahaan. Mungkin karena saya punya badan yang relatif tinggi. Tapi sebenarnya, saya sama sekali tidak bisa main bola voli. Saya hanya bisa melakukan serve. Sudah itu saja.

Lalu, pernah juga ikut kursus yoga. Itu olahraga atau bukan, ya? Saya anggap saja olahraga. Yoga butuh keseriusan dan kelenturan tubuh. Badan saya kaku sekali. Meliuk-liuk bukanlah keahlian saya. Lalu, ketika harus meditasi, saya juga tidak bisa konsentrasi. Malah jadi cekikikan.

Lalu, ketika teman-teman saya mulai ikut lari, bahkan maraton, saya tidak terpengaruh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun