Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kecopetan Gara-gara Tas Besar

31 Juli 2021   20:45 Diperbarui: 31 Juli 2021   21:12 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi comot dompet. (Sumber: Extra Online)

Beberapa hari kemudian, saya bertemu lagi dengan si copet. Hari itu saya harus berangkat pagi, sekitar pukul 6, karena ada tes salah satu mata kuliah. KRL pada pagi hari selalu kosong, jadi saya pun langsung menaiki kereta yang sudah parkir di peron.

Tak dinyana, saya melihat si pencopet yang sama. Dia juga akan menaiki gerbong yang sama dengan saya. Wajahnya belum saya lupakan. Dan, agaknya dia juga mengenali saya. Lantas, dia batal deh naik ke gerbong itu. Bahkan, sampai kereta berangkat, dia masih berdiri saja di peron.

Setelah hari itu, saya tidak pernah lagi bertemu dengan si pencopet. Entah apa yang terjadi padanya. Semoga saja ia sudah insaf.

Lalu, saya berurusan lagi dengan pencopet. Kali ini saya yang menjadi korbannya. Hanya saja, saya tidak melihat orang yang mencopet saya. Bahkan, saya tidak sadar kalau dompet saya hilang.

Jadi, hari itu adalah salah satu hari di mana saya menjalani hari-hari terakhir kuliah. Biasanya, saya selalu pakai celana jins, t-shirt, sepatu sneakers, dan tas ransel. Tapi, hari itu berbeda. Saya pakai rok! Blusnya juga rapi, memakai tas tote dengan ukuran besar, sepatu pantofel berhak rendah.

Saya pulang dari Depok dengan KRL seperti biasa. Lalu saya melanjutkan perjalanan dengan bus kota. PPD. Busnya lumayan penuh. Saya harus berdiri. Saya tidak suka transportasi yang sesak seperti itu, tapi karena sudah lapar plus saya akan mampir dulu di Proyek Senen, maka saya naik saja. Toh perjalanan hanya sejenak.

Sampai di Proyek Senen, saya hendak turun. Tapi, karena penumpang bertambah padat sejak saya naik dari stasiun tadi, maka langkah saya sedikit terhambat. Rupanya, pada saat itu tas saya dilubangi dengan pisau dan dompet saya hilang. Akan tetapi, saya belum tahu.

Di sebuah toko di Senen, saya membeli pakaian yang sudah lama saya incar. Ketika akan membayar, saya hendak mengambil dompet, tapi tak ketemu. Pada saat itu, saya melihat tas saya sudah berlubang.

Badan saya gemetar. Saya pun membatalkan pembelian dan lantas pulang naik bajaj, sehingga bisa membayar di rumah. Untung saja, KTP saya tidak hilang, karena ada di dompet yang lain. Dasar orang Jawa, selalu ada untungnya dalam situasi apa pun.

Saya ambil pelajaran dari kejadian itu, jangan sekali-kali memakai tas yang tidak bisa saya "kuasai". Tas tote yang besar itu memang membuat saya kerepotan, karena panjangnya jauh melebihi sisi badan saya. Saya pun kembali memakai tas ransel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun