Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kecopetan Gara-gara Tas Besar

31 Juli 2021   20:45 Diperbarui: 31 Juli 2021   21:12 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, copet berarti mengambil sesuatu tanpa sepengetahuan pemiliknya dengan sangat cepat dan tangkas, sehingga pemiliknya tidak menyadari bahwa dompetnya, atau barang lain seperti telepon seluler, sudah berganti tangan.

Kalau menurut percakapan di Quora, copet sebenarnya adalah singkatan. Kata copet terdiri dari dua suku kata, yaitu "co" dan "pet". Kedua suku kata itu adalah kependekan dari comot dompet.

Hmm...jadi copet tidak beda dengan rudal, tentunya dalam hal singkatan yang terdiri dari dua suku kata. Rudal singkatan dari peluru kendali. Tidak beda 'kan dengan copet.

Biasanya, saya hanya mendengar saja kisah-kisah tentang mereka yang pernah kecopetan. Bahkan, adik saya yang paling kecil pun pernah jadi korbannya. Masih SMA ketika itu, bisa dibayangkan berapa sih isi dompetnya.

Mungkin bukan copet ya, sebab adik saya itu tahu dirinya menjadi korban dan tahu prosesnya. Jadi, ada tujuh orang yang mengelilinginya di dalam Metro Mini. Jadi, lebih tepatnya rampok. Salah satunya meminta ransel yang sedang dibawanya. Isinya hanya buku-buku. Ada dompet, tapi uangnya jelas tidak banyak.

Adik saya hanya menyerahkan saja ranselnya kepada mereka dan dia lantas turun dari kendaraan, pulang, bersiap untuk lapor ke kantor polisi.

Akan tetapi, ada suatu saat di mana saya menyaksikan langsung seorang copet beraksi. Saat itu saya masih kuliah, tidak ingat semester berapa. Saya selalu naik kereta rel listrik (KRL) pagi-pagi ke arah Depok saat berangkat. Hanya saja, pada hari itu, karena kuliah pagi tidak ada, hanya ada praktikum pada sore hari, maka saya berangkat sekitar pukul 11 siang.

Saya berangkat dari Stasiun Gambir. Pada saat itu, KRL masih berhenti di Gambir, tidak seperti sekarang. Saya menunggu di peron. Karena KRL arah Depok selalu penuh, maka saya menunggu sampai ada kereta yang kosong.

Nah, di salah satu kereta yang penuh tadi, saya melihat pencopet beraksi. Dia ikut berdesak masuk sementara salah satu tangannya merogoh kantong belakang celana seorang pria yang ada di depannya.

Saya hanya bisa melihat. Ternyata si pencopet sadar kalau saya melihat perbuatannya. Tampaknya semula dia akan turun dari kereta untuk mencari mangsa yang lain. Tapi, karena saya memergokinya, maka ia tetap berada di kereta dan KRL itu pun berangkat. Barangkali dia turun di stasiun berikut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun