Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Senangnya Bisa Bayar Uang Masuk Sekolah dengan Uang Tabungan

4 Juli 2021   17:19 Diperbarui: 4 Juli 2021   17:23 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku tabungan Tabanas keluaran Bank Tabungan Negara. (Sumber: Kompasiana)

Dulu, ketika saya masih duduk di bangku SMP, awal 1980-an, di kota Jayapura sana, saya dan teman-teman wajib menabung di Tabanas, atau Tabungan Pembangunan Nasional. Oh iya, Jayapura ketika itu masih berada di provinsi Irian Jaya, belum menjadi Papua seperti saat ini.

Buku tabungan Tabanas berwarna cokelat ber-layout portrait, bukan landscape seperti buku tabungan masa kini. Semua buku tabungan disimpan oleh guru, mungkin di ruang kepala sekolah supaya aman.

Setiap hari, kami menyetor sejumlah uang. Kalau tidak salah ingat, saya biasanya setor sebanyak 100 rupiah per hari. Kadang lebih. Jadi, setiap hari Mama selalu memberi uang bekal ekstra 100 rupiah untuk ditabung.

Setelah tiga tahun, saat lulus, semua uang tabungan itu dibagikan ke masing-masing nasabah. Saya senang sekali ketika mendapat satu ikat uang bernominal 1000 rupiah sejumlah 100.000 rupiah. Itu masih ditambah beberapa belas ribu rupiah lagi.

Uang-uang kertas itu semua masih mengkilat, licin, persis seperti uang yang baru keluar dari percetakan. Soalnya saya selalu menyetor uang kertas 100 rupiah, namun tidak pernah dalam kondisi pristine seperti itu. Pasti sudah kumal.

Terus terang, saya tidak pernah menghitung berapa total jumlah saldo tabungan saya. Saya sudah senang sekali bisa mendapatkan hasil tabungan saya.

Setelah dari SMP, tentu saja saya melanjutkan ke SMA. Setelah memastikan SMA tujuan, saya diberitahu berapa jumlah uang masuk total yang harus dibayar. Eh, jumlahnya ternyata hanya separuh dari jumlah tabungan saya.

Wah, saya gaya banget! Bisa membayar sendiri uang masuk sekolah, tidak meminta kepada Bapak dan Mama.

Urusan sekolah beres, saya masih punya sisa uang yang banyak. Karena saya senang mendengarkan musik, maka saya sering memakainya untuk membeli kaset. Saat itu, harga satu keeping kaset hanya 2000 rupiah.

Ketika ikut Mama untuk belanja, saya akan membawa beberapa lembar uang 1000an itu untuk membeli kaset.

Tabanas dari Bank Rakyat Indonesia. (Sumber: Djaman Dahoeloe/Pinterest)
Tabanas dari Bank Rakyat Indonesia. (Sumber: Djaman Dahoeloe/Pinterest)

Saya tidak tahu apakah yang namanya Tabanas masih ada pada saat ini. Sepertinya tidak. Tapi, pada saat saya masih sekolah, Tabanas adalah tabungan yang populer. Tabungan anak sekolah, demikian istilah yang saya berikan untuk Tabanas.

Saya baca melalui artikel di Historia, Tabanas diselenggarakan oleh banyak bank, yaitu Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor (Eksim), Bank Negara Indonesia (BNI) 1946, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), serta bank swasta yang memenuhi syarat. Semua dijamin oleh Bank Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun